by

Kenapa Kyai Cenderung Menghindari Bab Jihad?

Jadi, menurut Gus Baha’, fatwa2 serius yg nantinya akan membuat orang berubah menjadi ekstremis, sengaja dihindari para kiai karena berisiko memicu perpecahan, chaos, bahkan safkud dimâ’ (pertumpahan darah).

“Anda jangan pernah berfatwa dgn meluncurkan satu kalimat, yg dgn kalimat itu, bisa saja darah2 orang yg seharusnya dihormati, malah justru mengalir (pembunuhan),” pesan Gus Baha’.

Lebih lanjut beliau menjelaskan, sudah menjadi tradisi, ulama2 dari dahulu itu secara turun-temurun selalu menghindari pembahasan ini. Bukan karena mereka tidak bisa, tapi karena takut jika salah fatwa bisa menimbulkan pertumpahan darah. Dan itu yg dihindari oleh Sayyidina Hasan bin Ali saat ‘konflik’ dgn Muawiyah.

Waktu itu, Sayyid Hasan bin Ali lebih memilih mengalah. Alasannya menurut Hasan, bisa jadi kepemimpinan yg berhak semestinya adalah Muawiyah, maka dgn ikhlas Hasan bin Ali menyerahkannya. Atau jika terjadi kemungkinan lain, misalnya Hasan bin Ali yg justru mempunyai hak menduduki jabatan itu, karena dalam rangka beliau ingin tetap menjaga supaya tidak terjadi pertumpahan darah, Hasan bin Ali berniat memberikan haknya kepada Muawiyah agar darah semua umat Islam terlindungi.

Sayyid Hasan menutup perkataannya dgn sebuah ayat:

وَإِنْ أَدْرِي لَعَلَّهُ فِتْنَةٌ لَكُمْ وَمَتَاعٌ إِلَى حِينٍ

Artinya: “Dan aku tidak tahu, boleh jadi hal itu cobaan bagi kamu dan kesenangan sampai waktu yg ditentukan.” (QS Al-Anbiya’: 111)

Dari cerita Gus Baha’ tersebut, dapat kita pahami bahwa konflik di atas menimbulkan dugaan dari pribadi Hasan bin Ali, jangan2 konflik yg terjadi antara orang2 yg mendukung beliau dengan kelompok Muawiyah hanya sebuah fitnah atau ujian dari Allah subhânahû wa ta’âlâ saja. Sehingga beliau lebih memilih jalur menyelamatkan pertumpahan darah daripada mengutamakan kekuasaan, meskipun beliau berhak berkuasa. Terlebih lagi, kalau Hasan tidak berhak, maka tidak ada satu alasan pun untuk mempertahankan kekuasaan itu sendiri dgn cara menumpahkan darah manusia. Pemikiran tersebut juga sangat kental di telinga kita sebagaimana yg pernah digelorakan KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur).

Dalam detik2 Gus Dur dilengserkan dari jabatannya sebagai Presiden, sangat banyak orang yg beriktikad menyerbu Jakarta, ingin membela Gus Dur. Gus Dur menahan mereka. Menurut Gus Dur, darah manusia lebih berharga ketimbang jabatan apa pun, termasuk presiden sekalipun. “Tidak ada jabatan di dunia ini yg harus dipertahankan mati2an,” kata Gus Dur.

Sumber : NU.or.id

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed