Oleh : Mimi Hilzah
Seseorang yang tampak selalu riang di antara banyak kawan, bisa jadi ternyata adalah seseorang yang selalu merasa kesepian.
Seseorang yang terlihat sangat kuat dan perkasa, bisa jadi adalah seseorang yang berjuang mati-matian tidak mau terlihat lemah.
Seseorang yang seolah selalu gembira, bisa jadi yang paling lihai menyembunyikan tangis dalam hatinya.
Seseorang yang kita kenal sebagai yang tak pernah butuh bantuan siapa-siapa menyelesaikan banyak tugas dan menanggung banyak beban, bisa jadi yang sedang berteriak dalam hatinya ingin sesekali dibantu dan ditemani menanggungkan banyak hal.
Seorang anak yang tampak acuh tak acuh, bisa jadi adalah anak yang tersiksa di antara perselisihan orang tuanya.
Seorang ibu yang tidak makan dan mengaku kenyang, bisa jadi sebenarnya sangat lapar tapi makanan hanya cukup untuk anak-anaknya.
Seorang ayah yang terlihat begitu dingin kepada anak-anaknya, bisa jadi sangat ingin bisa memeluk anak-anaknya lebih sering tapi jarak sudah telanjur terbentang.
Tidak kurang banyak, orang tua yang bertahan dalam pernikahan yang tidak sehat demi anak-anaknya tidak tersakiti dan trauma melihat sebuah perceraian.
Ada anak-anak mengambil keputusan-keputusan sulit yang tidak dipahami orang tua mereka, ternyata demi satu impian tersembunyi. Ingin bisa segera membahagiakan orang tua dengan cara yang mereka mampu.
Ada anak-anak yang mati-matian menyembunyikan keadaan mental mereka yang tidak baik-baik saja, demi membuat orang tua percaya mereka sudi berjuang sampai berdarah-darah memberi kebanggaan kepada orang tua.
Tidak sedikit orang tua disebut bodoh dan kurang perhitungan saat membuang banyak impian akan hidup yang ideal, demi bisa menukar impian-impian itu dengan menghadirkan kesempatan meraih masa depan yang cerah untuk anak-anaknya.
Ada orang tua dicap benalu, padahal mereka terus menyesali diri di usia yang renta dan sudah tak bisa apa-apa, harus bergantung hidup sepenuhnya kepada anak.
Perempuan ikut serta mencari nafkah bukan tanpa ketakutan kehilangan waktu berharga membesarkan anak-anak dan menghadirkan rasa hangat dalam keluarga, tapi mau diapa, ada banyak hal yang harus ditukar dengan nilai uang. Belum soal harus siap mendengar cibiran orang lain.
Lelaki turut membantu dalam kerja-kerja domestik seolah rela terlihat lemah dan kadang dikecam membuang harga diri sebagai pemimpin, sebab pernikahan memang membutuhkan kerjasama dua orang. Bukan satu.
Lain orang, lain medan perangnya. Beda ujiannya, bisa tidak sama berat bebannya.
Peluk mereka dalam doa-doa terbaik yang bisa kau langitkan. Buang semua prasangka yang menyebabkan kita berjarak dan akhirnya tidak tahu cara saling menemukan. Jangan lelah meminta; kita semua kuat menyelesaikan setiap ujian hidup tanpa harus saling menyakiti dan melupakan. Hangatkan hati orang-orang yang kau sayangi, temani sesekali langkahnya jika mampu. Tanyakan kabarnya, meski itu cuma basa-basi. Jika tidak, jangan tambahi bebannya dengan prasangka apalagi hinaan. Sesekali kalau sudi katakan padanya; Terima kasih ya, sudah jadi teman perjalanan yang baik. Perjalanan ini meski banyak sekali rintangannya, jadi terasa lebih ringan saat ada yang menemani tertawa dan menangis.
Merasa berjalan sendirian, apalagi kesepian dan tidak dihargai di antara hiruk-pikuk dunia, itu sangat sedih.
Sumber : Status Facebook Mimi Hilzah
Comment