by

Kekebalan Alami dan Vaksinasi

Oleh: Tonang Dwi Ardyanto

Judul tulisan ini adalah salah satu yang menjadi menjadi topik diskusi, dan tidak jarang menjadi debat. Repotnya, sering yang terjadi lebih ke beda cara memaknai istilahnya. 

Kekebalan atau imunitas, secara umum memang dibedakan menjadi “Alami” atau “Didapat”. Disebut alami ini artinya tanpa suatu usaha khusus secara sengaja dari luar tubuh, seperti yang terjadi pada kelompok “didapat”. 

Terhadap dua pemilahan itu, masing-masing dibagi lagi menjadi “aktif” bila tubuh merespon dengan aktif membentuk sendiri daya imunitas yang ditargetkan. Sebaliknya disebut pasif, bila tubuh hanya menerima saja sudah dalam bentuk antibodi jadi. 

Contoh sederhana adalah pada infeksi alami. Imunitas yang terbentuk disebut “alami” karena bukan suatu usaha sengaja. Kemudian tubuh merespon”aktif” memproduksi antibodi sendiri terhadap infeksi tersebut. Dengan proses ini, diharapkan efek proteksinya akan bertahan relatif lama. Tentu saja, sifat dari agen penyebab penyakit juga berpengaruh dalam hal ini.  

Sebaliknya, pada bayi baru lahir, dapat ditemukan antibodi yang diperoleh dari Ibu nya melalui plasenta. Disebut alami juga karena bukan bersifat sengaja. Tapi tubuh bayi itu sendiri merespon secara pasif, artinya antibodi terbentuk bukan oleh tubuh bayi itu sendiri. 

Karena walau alami tapi diperoleh secara pasif, maka antibodi itu bertahan dalam waktu relatif pendek. 

Meski demikian, dengan mekanisme transfer inilah maka pada bayi-bayi terlindungi di masa-masa awal hidupnya, sambil menunggu proses tubuhnya membentuk antibodi sendiri terhadap masuknya agen penyebab penyakit maupun proses vaksinasi. 

Di sisi lain, kita melakukan vaksinasi. Pada proses ini, memang secara sengaja ada usaha memicu pembentukan antibodi. Maka disebut “didapat”. Ada yang menyebut “buatan”, tapi kata-kata buatan cenderung tidak tepat. Mengapa? 

Setelah vaksin disuntikkan, maka tubuh secara AKTIF membentuk antibodi sendiri dalam tubuhnya. Cara tubuh membentuk antibodi ini SAMA-SAMA alamiah nya baik antara terinfeksi maupun paska vaksinasi. Maka kalau disebut “buatan”, menjadi tidak tepat. Tetapi lebih tepat disebut “didapat” karena ada usaha secara sengaja memicu menggunakan vaksinasi. 

Dengan usaha meniru infeksi inilah, maka diharapkan efek dari vaksinasi akan juga bertahan relatif lama. Tentu saja, akan ditentukan juga oleh sifat agen penyebab penyakit dan metode vaksin yang digunakan.

Ada lagi kondisi tertentu, kepada pasien diberikan langsung “antibodi dari luar”. Maka sifatnya “didapat” dan “pasif” karena tubuh langsung menerima, tidak membentuk sendiri antibodi tersebut. Contoh mudahnya adalah pemberian terapi antibodi monoklonal atau plaska konvalesen pada pasien covid. 

Karena didapatkan secara pasif, maka sifatnya juga sementara. Diharapkan saat antibodi dari luar sudah selesai masanya, tubuh pasien sudah mampu membentuk sendiri antibodi secara alami. 

Walau kadang saling dipertukarkan, sebenarnya memang harus kita bedakan antara Imunisasi dan Vaksinasi. imunisasi mencakup semua usaha untuk menimbulkan atau meningkatkan kekebalan seseorang terhadap suatu penyakit. Caranya beragam, seperti dalam gambar terlampir. 

Salah satu bentuk imunisasi adalah vaksinasi, yang bertujuan menimbulkan kekebalan secara aktif sehingga terhadap suatu penyakit sehingga bila suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan.

Bagaimana dengan Kekebalan bawaan? Kenapa masih perlu vaksinasi? Perlu dibahas terpisah agar tidak menyulitkan pemahaman. 

Demikian, minimal mengurangi salah paham saat berdiskusi. 

(Sumber: Facebook Tonang DA)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed