by

Kedok Syariah

Muslim galau itu kemudian teperdaya dengan rayuan busuk penipu yang menawarkan jalan pintas. Tanpa bank checking dan cicilan dibayar langsung ke pengembang. Mereka kemudian melakukan akad ala syariah yang sebenarnya sengaja dibuat penipu agar korbannya yakin bahwa pengembang amanah.

Karena abal-abal, jadilah konsumen jadi bulan-bulanan pengembang sialan itu. Duit sudah dibayar tapi rumah tak kunjung dibangun dan tanahnyapun bodong. Pengembang syariah dobol itu kemudian lari bahwa uang milyaran dan rekeningnya kosong melompong.

Sekali lagi, kisah miris ini menegaskan berhati-hatilah dengan tawaran bisnis berbau agama. Bagaimanapun dorongan untuk beragama yang lebih baik, tidak bisa memakai logika garuk pantat. Kalau gatel ya digaruk tanpa mikir.

Duit yang halal adalah hasil keringat ibadah kita. Jihad kita. Amalan kita. Karena kita berjuang agar keluarga kita tidak sengsara. Jadi uang mesti kita kelola melalui nalar yang rasional.

Nalar seperti ini juga akan menjadi filter bagi kita untuk menyaring kesahihan tausiyah ustad atau pendeta. Tidak langsung mengiyakan hingga perilaku kita laksana budak yang setuju segala ucapan mereka.

Konsumen yang tertipu pengembang syariah jelas tidak berhati-hati dan main tabrak saja. Agama membutakan mereka bahwa ada ribuan penipu yang siap melalap mereka dengan embel-embel syariah dan kampanye anti riba.

Jika ada yang masih tertipu oleh merk dagang syariah atau penampilan agamis karena kepencut ajakan hijrah-hijrahan, maka saya cuma bisa bilang :

Biar mampus lu..
.
.Sumber : facebook Budi Setiawan

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed