by

Kaum Nasrani Saudara Umat Muslim

Tapi hari ini ketika sy membuka surat Al-Maidah : 82-83, sy merasa agak bingung, kenapa orang² Nasrani di ayat ini disebutkan sebagai orang yg paling dekat cintanya dengan kaum muslimin. Coba perhatikan terjemahan ayat berikut :

“Dan sesungguhnya kamu dapati yg paling dekat persahabatannya dengan orang² yg beriman ialah orang² yg berkata: ‘Sesungguhnya kami ini orang Nasrani’. Yang demikian itu disebabkan karena di antara mereka itu (orang² Nasrani) terdapat pendeta² dan rahib², (juga) karena sesungguhnya mereka tidak menyombongkan diri.

Dan apabila mereka mendengarkan apa yg diturunkan kepada Rasul (Muhammad), kamu melihat mata mereka mencucurkan air mata disebabkan kebenaran (Al Quran) yg telah mereka ketahui (dari kitab² mereka sendiri); seraya berkata: ‘Ya Tuhan kami, kami telah beriman, maka catatlah kami bersama orang² yg menjadi saksi’.” (QS. Al-Maidah : 82-83)

Karena itu saya coba teliti dan renungkan, kenapa ayat ini malah menyebutkan kedekatan dan kecintaan orang² Kristen kepada umat Islam?

Bukankah selama ini kita lebih sering mendengar kisah tentang bentrokan antara Islam dan Kristen?

Ambil contoh misalnya kasus mengeboman atau pembakaran gereja, atau kerusuhan di Ambon beberapa tahun yg lalu. Semua itu menyisakan kesan bahwa umat Islam dan Kristen agak jarang akur di negeri kita.

Apalagi kalau kita kaitkan dengan peristiwa 11 September di Amerika, rasanya perang salib jilid dua nyaris terjadi. Dan perang salib aslinya di masa lalu, juga mengesankan adanya permusuhan abadi antara Islam dan Kristen.

Dan salah satu tujuan Belanda datang ke negeri kita, selain untuk merampas negeri dan berkuasa, ternyata juga punya tujuan untuk menjadikan bangsa ini menjadi bangsa Kristen.

Tetapi kenapa Al-Maidah 82-83 ini malah bicara tentang rasa cinta mereka kepada umat Islam?

Bahkan Al-Quran memuji para pendeta dan rahib sebagai orang yang tidak menyombongkan diri. Malah mereka itu ketika mendengar ayat Al-Quran, sampai menitikkan air mata dan mengakui kebenarannya.

Lagi-lagi sy sempat mereka aneh dengan ayat Quran yg satu ini. Kok beda banget ya dengan yg biasanya dibacakan oleh para ustadz tentang siasat Kristen yg kita dengar selama ini?

Rupanya sejarah umat Kristiani di masa Rasulullah SAW memang jauh berbeda dengan keadaannya sekarang ini, khususnya dalam hubungannya dengan umat Islam di negeri kita. Di masa Rasulullah SAW, nyaris hampir semua kejadian yg terkait dengan umat Kristiani, berlangsung dengan damai dan sangat dekat.

Ambillah contoh misalnya ketika Pendeta Buhairah berupaya melindungi Nabi SAW -yg saat itu masih kecil- dari ancaman pembunuhan oleh orang² Yahudi. Paman Nabi, Abu Thalib segera mematuhi anjuran Pendeta Buhairah untuk pulang kembali ke Mekkah, demi keselamatan nyawa sang calon Nabi terakhir.

Contoh lain adalah ketika Nabi SAW diusir oleh warga Thaif dengan dilempari batu, hingga beliau berdarah-darah. Ternyata yg menolong beliau SAW adalah seorang penjaga kebun anggur yg beragama Kristen.

Contoh lainnya adalah kisah Isra’ Nabi Muhammad SAW. Disebutkan dalam banyak riwayat, bahwa sebelum beliau terbang ke langit di malam itu, beliau SAW sempat shalat di masjid Al-Aqsha. Menarik untuk diteliti, bahwa masjid Al-Aqsha yg saat itu disebutkan di dalam Al-Quran, pada hakikatnya masih merupakan tempat ibadah orang2 di sana, khususnya yg beragama Kristen. Meski pun Al-Quran menyebutnya sebagai masjid, namun pada hakikatnya di saat itu tempat itu bukan masjid, melainkan tempat ibadah Kristen. Tetapi Nabi SAW shalat di tempat itu.

Dan contoh yg paling jelas adalah kisah yg menjadi latar belakang ayat di atas, yaitu kisah Raja Habasyah, An-Najasyi. Beliau itu seorang raja dari sebuah kerajaan Kristen di benua Afrika. Namun Rasulullah SAW sengaja mengutus kepadanya para shahabatnya yg minta perlindungan.

Bayangkan, Rasulullah SAW memerintahkan beberapa orang shahabat untuk datang menemui raja yg notabene beragama Kristen, untuk minta PERLINDUNGAN dalam masalah agama. Dan asyiknya, ternyata An-Najasyi bersedia melindungi para shahabat nabi itu dari kejaran para pemuka Quraisy, yg dipimpin Amr bin Al-Ash, yg saat itu masih kafir.

Sampai-sampai sang Raja Kristen itu bilang, “Wahai Amr, demi Allah, Aku tidak akan menyerahkan mereka kepadamu, meski kamu memberi aku emas sebesar gunung”. Dan kepada para shahabat Nabi itu, justru sang raja Kristen itu malah berkata, “Silahkan kamu tinggal di negeriku dengan aman dan damai, sampai Tuhan kalian memerintahkan kembali”.

Yang jadi pertanyaan, kok bisa-bisanya raja Kristen malah melindungi umat Islam dan menolak mentah² permintaan para pemuka Quraisy untuk menyerahkan mereka?

Ternyata, sang raja terpesona dengan ayat Al-Quran yg dibacakan sampai beliau menitikkan air mata. Ternyata ayat yg dibaca adalah ayat tentang kisah kelahiran Nabi Isa alaihissalam, yg sangat indah dan mulia, yaitu surat Maryam.

Saya tidak bisa membayangkan, bagaimana seorang pendeta dan raja Kristen, kok bisa sampai menangis terharu dan mengucurkan air mata ketika mendengar ayat² Al-Quran dibacakan, sampai² dia rela memberikan perlindungan kepada para shahabat yg dikejar² itu.

Dan peristiwa itu malah diabadikan di dalam ayat Al-Quran yg turun kemudian, sehingga tetap dibaca oleh bermilyar muslim hingga hari kiamat.

Bahkan bukan hanya sampai disitu. Sebagian riwayat yg sampai kepada kita menyebutkan bahwa sang raja Kristen itu malah mengakui kerasulan Muhammad SAW, sehingga ketika beliau wafat, Rasulullah SAW pun melakukan shalat ghaib untuknya.

Kasus lainnya adalah ketika terjadi perang antara Romawi melawan Persia. Tatkala Romawi yg notabene beragama Kristen akhirnya memenangkan peperangan, ternyata umat Islam ikut bergembira. Hal itu ditegaskan di dalam surat Ar-Ruum di awal surat :

Telah dikalahkan bangsa Rumawi, di negeri yg terdekat dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang, dalam beberapa tahun (lagi). Bagi Allah-lah urusan sebelum dan sesudah (mereka menang). Dan di hari (kemenangan bangsa Rumawi) itu bergembiralah orang² yg beriman, karena pertolongan Allah.” (QS. Ar-Ruum : 2-5)

Orang Romawi bukan muslim, mereka pemeluk agama Kristen tulen. Tetapi ketika mereka berhasil mengalahkan bangsa Persia dalam peperangan, kok bisa-bisanya umat Islam di Madinah saat itu ikut berbahagia juga? Apa hubungannya?

Ayat ini juga menarik untuk dikaji lebih mendalam. Sebab selama ini stigma yg masuk di benak kita umumnya menyebutkan bahwa Kristen itu musuh umat Islam.

Dan paling mencengangkan adalah ayat kelima dari Surat Al-Maidah, yaitu :

“Pada hari ini dihalalkan bagimu yg baik-baik. Makanan (sembelihan) orang-orang yang diberi Al Kitab itu halal bagimu, dan makanan kamu halal pula bagi mereka. (Dan dihalalkan mengawini) wanita-wanita yang menjaga kehormatan di antara wanita-wanita yang beriman dan wanita-wanita yang menjaga kehormatan di antara orang-orang yang diberi Al Kitab sebelum kamu.” (QS. Al-Maidah : 5)

Jelas sekali syariat Islam membolehkan umat Islam memakan makanan (maksudnya hewan sembelihan) dari para ahli kitab, yaitu Yahudi dan Kristen.

Dan jelas sekali juga, bahwa laki-laki dari umat Islam dihalalkan menikahi wanita ahli kitab, yaitu yahudi dan Kristen.
Kedekatan Kristen di masa lalu dengan umat Islam semakin sempurna, ketika para pemuka agama di Mesir malah meminta kepada Umar agar pasukannya segera merambah negeri Mesir itu. 
Dan Umar pun mengirimkan panglima Amr bin Al-Ash dan pasukannya.

Menarik sekali, ternyata kedatangannya pasukan ini malah disambut dengan hangat oleh warga Mesir. Saat penaklukannya, tidak ada satu pun gereja di Mesir yang dirobohkan, bahkan sebaliknya, banyak yg malah dibikin menjadi bagus.

Dan warga Mesir perlahan tapi pasti kemudian mulai masuk Islam, hingga sampai mereka pun berganti bahasa menjadi bahasa Arab. Orang-orang Kristen yg tidak mau masuk Islam, tidak pernah dikucilkan, bahkan kebebasan beragama mereka justru semakin dijamin. Sehingga meski tidak masuk Islam, mereka sangat cinta dengan umat Islam, sampai² mereka pun ikut berbahasa Arab juga hingga hari ini.

Dan kisah kedekatan Kristen kepada umat Islam semakin sempurna dengan diserahkannya kunci Baitul Maqdis dari pemimpin tertinggi Kristen di Baitul Maqdis kepada khalifah Umar bin Al-Khattab.
Saking ingin menjaga perasaan umat Kristen, saat itu Umar sampai tidak tega kalau harus shalat di dalam rumah ibadah mereka, masjid Al-Aqsha.

Beliau pun keluar ke halamannya, lalu melaksanakan shalat berjamaah disana. Dan di tempat itulah kemudian dibangun satu bangunan lagi, yang kemudian disebut dengan masjid Umar.

Kalau kita sering lihat gambar Masjid Al-Aqsha berwarna biru dan berkubah keemasan, sebenarnya itu kurang tepat. Masjid itu bukan masjid Al-Aqsha tetapi masjid Umar. Masjid Al-Aqsha ada di sebelahnya, masih satu halaman.

Sebenarnya secara fiqih, tidak ada salahnya bagi Umar untuk shalat di dalam rumah ibadah Kristen itu. Namun kenapa beliau tidak melakukannya, konon karena beliau tidak ingin menyakiti perasaan pemeluk Kristen di Baitul Maqdis itu.

Seandainya umat Islam dan Kristen di Indonesia saat ini banyak membuka lembar sejarah, betapa indahnya kedamaian dan toleransi antara keduanya di masa turunnya wahyu, tentu kita tidak perlu berpecah-belah seperti sekarang ini. Semangat masing² pihak bukan untuk saling melibas atau menghabisi, tetapi saling mengormati dan menyayangi, persis seperti gambaran Al-Quran.

Tapi kapan kira-kira hal itu akan terjadi lagi? 
Wallahu a’lam bishshawab.

 

(Sumber: Facebook)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed