by

Kasih Sayang Dalam Beragama itu Sulit

Sesudah perang Hunain (mengamankan Madinah dari rencana agresi aliansi suku Hawazin dan Tsaqif), Rasulullah SAW beserta para Sahabat berhenti di sebuah lembah untuk menunaikan shalat. Dan Bilal pun disuruh mengumandangkan adzan.

Ternyata di sekitar tempat itu ada beberapa pemuda (yg masih belum masuk Islam) meniru-niru alunan adzan Bilal dari balik bukit dengan nada mengejek. Para Sahabat begitu geram dan ingin menghukum para pemuda berandalan tsb, tetapi Rasul malah mengatakan kepada para Sahabatnya :

قد سمعت في هؤلاء تأذين إنسان حسن الصوت

“Wah bagus sekali suara adzan salah seorang di antara mereka.”

Rasulullah pun memerintahkan untuk memanggil 10 orang penghina adzan tsb. Para pemuda itu pucat ketakutan saat dihadapkan kepada Rasul. Salah satunya adalah Abu Mahdzurah, yg menurutnya:

“Ketika kami menghadap kepada Nabi, kami semua merasa takut kepadanya, dan saya adalah yg paling takut di antara mereka.”

Rasa takut karena telah didasari oleh persepsi kebencian sebelumnya, sebagaimana pengakuan Abu Mahdzurah sendiri,
“Tidak ada yang lebih aku benci daripada Rasulullah SAW serta perintahnya.”

Rasa takut itu semakin menjadi-jadi ketika Nabi bertanya kepada para pemuda tsb :

أيكم سمعت صوته وقد ارتفع بالأذان قبل قليل؟

“Siapa yang suaranya terdengar paling keras tadi..?”

Dan semua teman Abu Mahdzurah pun menunjukkan jemari mereka ke arahnya. Nabi pun memerintahkan 9 orang itu pergi :

أما أنتم أيها الشبان ارجعوا، وابق أبا محذورة في مكانك

“Kalian para pemuda pulanglah. Kamu Abu Mahdzurah tetaplah di situ.”

Semakin ketakutanlah Abu Mahdzurah karena menyangka akan dieksekusi seorang diri.. “Luar biasa rasa takutku, sampai-sampai jantungku serasa hampir jatuh ke tanah karenanya.”

Namun rasa takut itu mendadak sirna manakala Rasulullah tersenyum kepadanya dan memerintahkannya untuk mengulangi adzan sebagaimana tadi dia lakukan saat mengejek adzannya Bilal. Tetapi karena seumur-umur belum pernah adzan, Abu Mahdzurah pun bertanya tentang tata caranya hingga Nabi mengajarkan sendiri kepadanya..”Bagaimana cara adzan Wahai Rasulullah..? Maka Nabi mengajariku sebagaimana para sahabat beliau biasa adzan dan memerintahku untuk menambahkan ‘ashsholatu khoirun minan naum’ saat Subuh dan mengajari aku iqomah dua kali dua kali.”

Setelah itu Nabi mengelus kepala Abu Mahdzurah, hingga sampai ke dada dan perutnya. Kemudian Nabi mendoakannya :

بارك الله فيك، وبارك الله عليك

“Semoga Berkah Allah senantiasa melimpah bagimu.”

Dan di kemudian hari, Abu Mahdzurah kemudian ditunjuk untuk menjadi muadzin di Masjidil Haram sampai dia wafat, bahkan anak cucunya menggantikannya sebagai muadzin hingga — dikatakan– sampai di masa hidupnya Imam Syafi’i ra.

Terkait pengalaman hidupnya ini Abu Mahdzurah mengatakan :

ودخل حب رسول الله قلبي فلم يعد يتسع لأحد بعده

“Cinta Nabi telah memasuki dan memenuhi rongga hatiku sehingga tidak tersisa lagi bagi seorangpun setelah Beliau.”

**

Jadi PR nya adalah bagaimana agar Hati menjadi lembut (berhubungan dengan lathifah-lathifah dalam tubuh) dan lebih mengedepankan kasih sayang.

Semoga…
#ombad #tasawuf #sejarah

Sumber : facebook Jody Ananda

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed