by

Karena Jokowi

Era Habibie, meski beragam, mereka banyak yang berlabel ICMI. Baru pada era Gus Dur dan Megawati, warnanya campur-baur. Sekalipun wajar, lokomotif menggeret gerbong masing-masing.

Cobalah kita bayangin, bijimana jika presidennya Prabowo. Apakah akan mirip suasana Istana Presiden kayak jaman Gus Dur? Atau justeru sedikit aneh? Karena itu tak usah dibayangkan. Mending mbayangin apa keputusan gila Jokowi, yang miring-miring, yang bakal membuat pihak-pihak tertentu adem-panas gulung-koming?

Dalam menjalani kekuasaan periode ke-dua (2019 – 2024), Jokowi tak akan ada lagi beban. Tak bakal mencalonkan lagi di Pilpres berikut. Keputusan yang tak populer mungkin bisa digeber. Resiko politik tak lagi mengancam. Juga tekanan parpol. Dia bisa lebih keras menekan ASN dalam kinerja dan mentalitasnya. Mungkin dia juga bisa geser generasi Wiranto cum suis, deretan para mantan yang problematik dan dilematik itu.

Akan menarik jika sehabis sidang MK ini, Jokowi meresuffle kabinet dan memasukkan AHY. Atau tunggulah Oktober kelak, setelah dilantik. Jokowi mungkin akan mendorong munculnya calon-calon pemimpin muda dari kalangan sipil. Sementara setelah pesta usai, ia benar-benar balik kampung. Kembali menekuni bisnis meubel. Sementara Amien Rais, menjadi gelandangan politik. Lontang-lantung.

Fakta politiknya, dengan caranya sendiri di tengah realitas politik, Jokowi artikulator penting tersambungnya amanat Reformasi 1998, yang mentok, tak bisa jalan pada era-era sebelumnya. Apalagi ketika era SBY. Parpol hanya jadi sarang para pengkhianat amanat rakyat, dari sejak 1998. Rakyat tetap saja objek, bukan subjek.

Dalam berkelit di antara angin puting beliung dan pusaran gelombang, Jokowi lebih tangguh daripada Gus Dur (dinaikkan kemudian diturunkan di satu tangan, Amien Rais). Waktu libur lebaran di Yogya kemarin, Jokowi telah membalaskan ‘kemaluan’ Gus Dur. Ia cuekin Amien Rais di Yogya. Sebagai sesuatu yang tak penting sama sekali.

Jokowi pemain catur yang dingin. Seperti ujar Johann Kaspar Lavater, mistikus Swiss, “mereka yang jarang berbicara, tapi hanya dengan satu kata mampu menghentikan cercaan orang bodoh yang banyak omong. Dialah jenius. Seorang pahlawan.”

 

(Sumber: facebook Sunardian W)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed