by

Kamu Tuhan?

Oleh: Denny Siregar
 

“Kenapa abang lebih seirng membela yang non muslim dan menghina yang muslim ?”

Keningku berkerut. “Menghina yang muslim ? Sejak kapan saya menghina yang muslim ?” Ah, doi pasti salah paham. Mungkin liburan ini kurang piknik atau paginya kurang ngopi. Kunyalakan rokok sebatang, kuseruput secangkir kopi yang sudah mendingin dan kubalas inbox yang baru datang.

“Kamu salah. Saya tidak pernah menghina yang muslim. Bagaimana saya bisa menghina, sedangkan saya sendiri muslim ? Saya hanya meng-kritisi pola pikir sebagian muslim yang kaku bahkan salah menafsirkan kitab suci dan hadis Nabi.

Kesalahan pola pikir ini kadang bisa sangat berbahaya, karena banyak tafsir-tafsir yang dibelokkan sesuai untuk kepentingan politik dan kekuasaan. Dan sejarah bahkan sudah mengabarkan ketika para khawarij menghantam Imam Ali as dengan Al-quran, padahal beliau jauh lebih mengerti apa yang dimaksudkan dalam ayat daripada mereka yang baru belajar membaca ayat.

Jadi jangan dibilang bahwa saya menghina muslim. Saya justru membela muslim yang berpikiran jernih supaya tidak terprovokasi oleh kepentingan-kepentingan politik dan kekuasaan dengan menunggangi ayat Alquran…”

Lama inbox-ku terdiam. Tidak ada jawaban. Sampai kemudian muncul kembali dalam bentuk pertanyaan.

“Lalu kenapa abang lebih sering membela non musllim ?”

Keningku semakin berkerut. Kebanyakan berkerut lama2 cepat tua.

“Yang membela non muslim siapa? Saya hanya menempatkan semua sesuai porsinya. Kalau mereka benar, kenapa saya harus bilang salah ? Begitu juga sebaliknya. Lagian saya tidak melihat kebenaran dan kesalahan itu dari apa agamanya, tetapi bagaimana perbuatannya. Kamu saja yang sibuk dengan kotak sempitmu bahwa kamulah yang paling benar, padahal dari cara berfikir saja kamu salah…”

Ah, kopiku sudah habis. Warung masih tutup sedangkan warung sebelah masih banyak hutang. Kusudahi saja pembicaraan ini, kelamaan mulutku jadi pahit.

” Seharusnya kamu sadar bahwa ketika kamu menganggap bahwa agamamu benar, ada org lain yang juga menganggap agama mereka benar. Jadi sama2 benar sesuai pemahaman masing-masing. Masalahnya, apakah terus mau terjebak dalam kotak ‘saya muslim’ dan ‘dia non muslim’ .. Kamu lama-lama melangkahi Tuhan..”

Eh, jawabannya cepat sekali, “Loh kok tiba-tiba menuduh saya melangkahi Tuhan ?”

Semakin kesal karena rokok juga habis, saya menjawab dengan lebih cepat.

“Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu ( al-Maidah 48 ). Nah, Tuhan saja berfirman bahwa perbedaan itu adalah dari-Nya. Lalu ngapain kamu sibuk dengan hak-Nya Tuhan ? Lha, kamu siapa ? Beol masih ngeden aja sudah ingin melangkahi dengan mempermasalahkan hak Tuhan terhadap perbedaan..”

Eh, dapat satu puntung rokok. Lumayan. Tapi koreknya mana ?? Cari kemana2 tidak dapat dan menambah kesalku. Kututup saja dengan kata terakhir.

“Urusanmu itu bukan mempertanyakan hak Tuhan. Teruskan ayat itu.. “maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan”.. Nah, itulah sebenar-benarnya urusanmu. Pahamkan itu, helm curian…”

Kuseruput kopiku dengan gagah. Piuhhhh… tinggal ampasnya ternyata. Nasib.

(Sumber: Facebook Denny Siregar)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed