by

Kami Tuan Rumah, Anda Tamu

Kebaikan dan kepantasan disesuaikan oleh agama khususnya agama Anda. Oleh selera Arab dan Gurun Sahara. Bukan oleh budaya Nusantara dan kemajuan budi daya manusia Indonesia.

Meski sama sama sawo matang kami seperti tak menyatu dengan saudara Kristen kami – saudara Budha kami dan Hindu kami. Bahkan kami meminggirkan keyakinan asli dari tanah kelahiran kami sendiri.

Pejabat pejabat keagamaan dan para ulama, ustadz, dengan bangga menjadi agen Anda dan agen budaya yang tetap asing bagi kami – yang menyelinap di belakang ajaran agama.

Generasi kami dibuat ketagihan untuk mengunjungi negeri anda. Sebagiannya menjadikan pengunjung secara berkala seperti negeri serumpun saja.

Sebaliknya kami dibuat asing dengan negeri serumpun kami, yaitu tetangga sesama warga negeri ASEAN yang seolah saudara jauh padahal warna kulit dan postur kami sama.

Kami dibuat begitu dekat dengan Anda meski berbeda dalam banyak hal dengan Anda. Hanya agama saja kesamaannya.

Kami bukan mesin agama. Kami punya peradaban. Kami warga negeri yang berdaulat.

Lagipula agama bukan segalanya. Tanpa bermaksud menunjukan sikap anti agama di era globalisasi dan komunikasi internet era 4.0 ini dengan mudah diketahui bahwa negara negara yang tidak beragama juga bisa maju dan sejahtera. Beradab. Berbudaya tinggi. China – Russia dan Jepang contohnya. Sedangkan negara yang fanatik agama justru porak poranda. Seperti Yaman, Libya, Somalia dan Suriah sebagai contohnya.

Hal yang memprihatinkan adalah ada kasta baru yang dibangun sistematis seolah olah warga negeri Anda – bangsa Arab – lebih mulia dari kami yang punya negeri ini. Asalkan berpakaian seperti negeri Anda dianggap lebih suci – lebih mulia – menjadi bebas melanggar aturan dan kebal hukum.

Hanya dengan berpakaian dan berpenmpilan seperti warga negara Anda lantas orang orang kami sendiri menyebut Anda “bukan warga sembarangan”.

Pada zaman penjajahan Belanda kami mengenal “Londo Ireng” atau “Belanda Hitam” yang bukan kulit pitih, menjadi antek penjajah, begundal dan menista sesama pribumi.

Kini kami mengenal “Arab Pesek” yakni orang orang lokal yang sudah jadi antek dan begundal Anda – memuliakan Anda dan tega menganiaya saudara sesama kulit sawo matang – demi keuntungannya sendiri. Juga rasa takut lantaran menempatkan ras Anda lebih mulia dan lebih suci dibanding kami.

Ya – Anda sudah jadi penjajah baru di negeri kami. Setidaknya penjajah budaya. Anda bukan tamu lagi.

Anda penjajah yang sudah menguasi dan mencengkeram alam pikiran warga kami dan tuan rumah dan menciptakan generasi “Arab Pesek” yang setiap saat bisa mendatangi, mengintimidasi dan mempersekusi warga kami.

Bahkan ada kini terang terangan mengancam memenggal leher saudara sebangsa – sesama kulit sawo matang – demi membela orang yang seketurunan dengan Anda

Sumber : Status Facebook Sumarto Martosuwiryo

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed