by

Kalau Ingin Dipatuhi,. Sayangi Dia

Dosa apapun bentuknya tidak baik untuk dhahir batin. Dunia akhirat. Jika ada orang yang suka melakukan perbuatan dosa berarti orang tersebut senang dengan kesengsaraan. 

Kedua, sisa umur yang diberikan Allah kepada kita bisa mengundang ridla Allah. Juga sebaliknya, mengundang murkaNya. Sisa umur hendaknya kita gunakan dengan sebaik mungkin. Kesempatan yang diberikan Allah jangan sampai digunakan untuk perkara yang tidak ada gunanya. Bahkan untuk perkara yang membahayakan. Yang mudharat. Atau yang kurang ada manfaatnya. Jangan sampai sisa umur kita tidak ada nilainya

Ulama jaman dahulu menggunakan, 24 jam setiap harinya untuk beribadah. Sampai tidurnya pun dihitung ibadah. Kita, jangan sampai sebaliknya. Melompong. Dunia lepas, akhirat juga tidak kepegang. Kosong dari dzikir. Isinya malah hanya melamun.

Ketiga, tentang keutamaanya Allah. Allah sudah memberi kelebihan kepada kita begitu banyak. Jangan sampai kita sia-siakan. Kelebihan apa saja yang sudah Allah berikan kepada kita, kita gunakan dengan maksimal. Supaya kita bisa menggapai kemuliaan dunia akhirat. Jangan sampai sudah diberi kemuliaan hidup malah menjadikan kita jadi hina.

Keempat, jangan sampai kita ini yang sebetulnya tersesat tapi seakan-akan mendapatkan petunjuk. Ini terkait dengan amal. Janganlah jika beramal lantas dibanggakan. Karena kalau dibanggakan, disombongkan, diujubkan, sepertinya kita mendapat petunjuk tapi sebenarnya kita tersesat. Maka kita tidak boleh merasa baik. Merasa paling ahli ibadah sendiri. Mending orang yang berdosa tapi mau bertobat. Seperti itu malah luar biasa. Surga menantinya. Tapi kalau orang taat yang membanggakan atas ketaataannya tempatnya tidak di surga. Dia akan dilempar ke neraka. Karena aslinya dia tersesat namun seakan-akan dia mendapatkan petunjuk.

Suatu saat Sheikh Mubarak menerima surat dari Khalifah agar berjihad di jalan Allah. Beliau saat itu sudah bersiap diri untuk perang. Sudah menyiakan kendaraan, senjata dan pelindung diri. Akhirnya semua membeli peralatan. Sheikh Mubarak memerintahkan ke Urwah, “Koq kamu tidak beli kuda?”

Jawab Urwah, “Wahai Sheikh, kuda untuk perang harganya mahal. Yang bagus sampai 100 dinar. Kuat dan sudah punya jam terbang tinggi. Saya belum punya uang sebanyak itu”.

Kata Sheikh Mubarak, “Coba kamu cari yang harganya lebih murah”. 

Akhirnya Urwah keliling pasar, dilihatnya ada kuda yang gagah. Tinggi besar. Tapi anehnya koq tidak ada yang mengerumuninya. Tidak terlihat ada yang menawar. Yang punya kuda pun juga tidak nampak aktif menawarkan.

Ditanya oleh Urwah, “Maaf pak, kuda ini dijual berapa?”

Jawab yang punya kuda, “Harganya 20 dinar saja, silakan bayar dan bawa pulang”.

Kata Urwah lagi, “Maaf pak, kuda ini bagus, tinggi besar koq hanya dijual 20 dinar saja?”

Jawab sang pemilik kuda, “Kuda ini tidak beres. Kuda ini jika dipakai untuk mengejar musuh larinya lamban. Tidak ada tenaganya sehingga tidak bisa mengejar. Tapi jika dikejar musuh, larinya juga lamban. Sehingga tertangkap oleh musuh. Ini sudah pernah saya tawarkan tapi belum ada yang berminat”.

Tanya Urwah lagi, “Boleh kurang tidak pak? Bagaimana jika 15 dirham, apakah boleh?”

Akhirnya Urwah berhasil membawa pulang seekor kuda yang bagus secara fisik, namun jelek sifat dan tabiatnya. Dia mendapat harga yang sangat murah. Dibawanya pulang kuda tersebut. 

Akhirnya dia bertemu dengan Sheikh Mubarak, ditanya, “Berapa harga kuda ini?”

Dijawab Urwah, “Hanya 15 dirham saja Sheikh”.

“Koq murah sekali, memang apa sebabnya?” tanya Abdullah bin Mubarak lagi. 

“Ini kuda jelek, secara fisik dia bagus tapi tidak bisa diandalkan”, jawab Urwah lagi. 

Akhirnya kuda tersebut dirawat dengan baik oleh Urwah. Tibalah saatnya kuda tersebut dipakai untuk berperang. Karena Urwah adalah murid terdekat Sheikh Mubarak, maka dia selalu mendampinginya.

Ternyata setelah dirawat dengan baik oleh Urwah, kuda tersbut berubah 180 serajat. Saat diajak berperang, larinya kencang. Bahkan dia ikut menendang musuh juga. Melindungi tuan yang menugganginya dengan sigap. Dan mereka bisa memenangkan peperangan tersebut.

Setelah perang usai, mereka pun pulang. Abdullah bin Mubarak bertanya kepada Urwah. “Wahai Urwah, bagaimana ceritanya hingga kuda itu menjadi kuda yang luar biasa bagus? Kuda yang semula menjengkelkan, sekarang menjadi kuda hebat? Apa rahasianya?”.

Urwah menjawab, “Wahai Sheikh, bukankah engkau telah mengajariku?”.

Jawab Sheikh, “Aku belum pernah mengajarimu bagaimana merawat kuda yang baik, wahai Urwah”.

Jawab Urwah lagi, “Bukan begitu Sheikh. Engkau pernah menasihatiku, bahwa jika kamu ingin dipatuhi, maka sayangi dia. Nasihat itu saya pegang benar”.

“Kuda itu saya beri makanan terbaik. Saya belai dan pijat dia dengan lembut. Saya ajak dia bicara. Setiap hari. “Hai Kuda, kamu sudah dihina oleh kebanyakan manusia. Hargamu paling murah. Kamu tidak bisa diandalkan saat diajak berperang. Aku merawatmu dengan baik karena Allah. Ayo bareng-bareng mencari ridla Allah’.

Setiap hari Urwah melakukan itu. Akhirnya kuda tersebut berubah menjadi taat ke Urwah. Berubah menjadi kuda yang hebat.

Hal seperti ini bisa kita praktikkan ke anak-anak kita. Kalau ingin dipatuhi, sayangi dia. Jangan suka dimarahi. Biasanya selama ini jika anak bandel malah kita marahi. Anak bandel dimarahi malah bisa jadi tambah bandel. Sayangi dia, dekati dan doakan dia.

Kanjeng Nabi Muhammad adalah seorang pemimpin yang dicintai. Bukan pemimpin yang ditakuti. Kita sering salah langkah. Ingin punya wibawa malah galak. Mudah marah. Seperti ini tidak boleh. Jika ingin dipatuhi, maka sayangi mereka.

Jika ingin istri kita taat ke kita, cintai dia dengan sepenuh hati. Ini berlaku untuk semuanya. Hewan, manusia dan semua makhluknya Allah. 

Intinya jika ingin ditaati, ingin semua lancar, maka kasih sayang yang harus kita kedepankan. Insya Allah dilancarkan oleh Allah. Dicintai Allah. Dicintai semua makhluknya Allah. Saatnya nanti kita dipanggil Allah, banyak yang merasa kehilangan.

 

(Sumber: Facebook Mas Wantik)

 

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed