by

Kader NU

Target jangka panjangnya adalah men-kader-kan semua orang NU. Setelah itu, tidak ada lagi dikotomi NU kultural dan NU struktural. Orang NU itu pada akhirnya harus struktural semua: jadi kader dan siap jadi pengurus dan mengabdi di organisasi NU.

Sekarang PR NU masih banyak. Banyak orang merasa ber-kultur NU, tetapi tidak pernah mengikuti kaderisasi di lingkungan NU. Belum pernah ikut kaderisasi atau ikut kaderisasinya di tempat lain. NU-nya sekadar amaliah. Biasanya yang begini sulit diajak ber-fikrah dan ber-harakah NU. NU-nya fakultatif. Pas butuh mengaku NU. Selebihnya, tidak ikut NU. Jumlahnya lumayan banyak. Mereka sibuk mengaku dan minta rekom NU untuk suatu urusan. Setelah urusan selesai, tidak mau urus NU. Ada juga yang bahkan ikut ‘nimpukin’ pengurus NU ketika NU-nya kesandung masalah. Sedikitnya netral. Inilah penyakitnya orang NU: mengaku NU ketika mau menjabat dan diaku-aku NU ketika sedang menjabat. Umumnya mereka tidak punya loyalitas terhadap organisasi dan pimpinan. Loyalnya terhadap kepentingan.

Kalau kader mestinya lain. Ada atau tidak ada jabatan loyal kepada organisasi dan pimpinan. Bukan NU kambuhan atau musiman. Mau jadi pengurus yang mengurus, bukan malah jadi urusan. NU tidak butuh orang yang mengaku-aku NU atau diaku-aku NU. NU butuh kader. Dalam kondisi apa pun tetap kader, loyal kepada organisasi dan pimpinan.

Ber-jam’iyah adalah menjadikan semua orang NU sebagai kader NU. Ini yang sedang intensif dilakukan. Saya berharap, dalam seabad usia NU di tahun 2026, paling tidak separo orang NU sudah jadi kader NU, yang siap mengurus NU dalam kondisi lapang dan sempit, tidak kenal musim, tidak bergantung SK.

MKS

Sumber : Statud Facebook M Kholid Syeirazi

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed