by

Jonru Jadi Takaran Kewarasan Otak Kita

Siapa sih yang tidak kenal dengan Jonriah Ginting alias Jonru. Nama Jonru ini melambung lagi setelah lebaran 1437 H. Ya, dulu nama ini mentereng disukai banyak orang karena efek Pilpres 2014 dan dia berdiri dibarisan PKS, KMP alias sang Capres Prabowo Subianto. Cara pembelaannya pun model pendekar mabuk, apapun yang berbau Joko Widodo diserangnya. Tidak hanya paska Pilpres semata namun hingga kini.

Mau tahu kenapa likers FP Jonru mendekati 1 juta saat ini? Berdasarkan data hasil Pilpres, pemilih Prabowo berjumlah 62.576.444 pemilih. Dan kebanyakan pemilih Prabowo tersebar di daerah perkotaan. Apabila dibandingkan dengan Likers Jonru memang tidak ada apa-apanya. Artinya banyak pemilih Prabowo yang juga tidak menyenangi Jonru (selain tentu mungkin bukan pengguna media sosial).

Bagi masyarakat yang waras seperti kita, kehadiran FP Jonru semestinya kita syukuri. Mengapa? karena kehadiran Jonru di media sosial dapat dijadikan tolok ukur kewarasan kita. Kalau kita marah atas status-statusnya berarti kita masih waras, normal. Namun kalau kita sudah manggut-manggut bahkan setuju, itu menandakan untuk segera memeriksakan kejiwaan kita pada psikiater. Koq bisa? Lihat saja, status-statusnya penuh iri, dengki, congkak, sombong, menebar kebencian hingga fitnah.

Tak tanggung-tanggung, Jonru juga mampu mengkafirkan neneknya sendiri, ibu dari ayahandanya. Sungguh ketidakwarasan yang luar biasa. Bagi yang memiliki keimanan yang kuat dan pemahaman agama yang mendalam, Nabi Muhammad SAW sendiri tidak pernah mengkafirkan pamannya. Abu Tholib meskipun tidak masuk Islam tidak pernah disebut kafir oleh Rasulullah.

Kemudian secara beruntun Jonru menuding wafatnya Husni Kamil Malik yang mantan Ketua KPU gara-gara dihukum oleh Allah akibat janji yang diucapkan Jokowi. Jonru juga memfitnah pemakaian kaos kaki pada saat Jokowi Sholat. Anehnya yang dipersoalkan tentang kelaziman. Dalam aturan hukum Islam hanya ada hukum Wajib, Sunah, Makruh, Mubah dan Haram. Eh Jonru menambahkan “tidak lazim”.

Selain itu, hari lebaran sewaktu Presiden melakukan Sholat Ied di Padang, Jonru merasa punya amunisi dengan menyatakan Jokowi tidak mau sungkem dikarenakan bukan ibu kandungnya. Selain itu untuk pembenaran dia mencantumkan alasan presiden sebelumnya selalu sungkem pada ibu masing-masing. Jonru bego saat jaman sudah maju dan posisi Presiden sesungguhnya merupakan pelayan rakyat jadi dia harusnya meminta maaf kepada rakyat terlebih dahulu. Dan juga, siapa tahu malam takbiran Presiden sudah menelpon ibundanya dan meminta maaf?

Membahas Jonru memang tidak ada habisnya sebab setiap hari fitnahan selalu dia lancarkan.

Yang jelas, adanya Jonru menjadi ukuran tingkat kewarasan kita. Jadi biarkanlah dia begitu, sebab dia mencari nafkahnya dengan begitu. Sebaiknya doakan saja dia segera taubat dan meminta maaf terutama kepada Jokowi. Penulis sendiri melihat orang yang congkak dapat kena karmanya, salah satunya mantan Bupati Kutai Kartanegara A Syaukanie.

Sejak kena vonis KPK, Syaukanie mengalami stroke dan tidak bisa apa-apa. KPK kemudian membebaskannya sejak tahun 2010. Enam tahun sudah berlalu, Syaukanie masih terkapar tak berdaya dan ratusan juta terbuang percuma akibat keserakahannya. Sungguh penulis berdoa Jonru benar-benar taubat sebelum adzab Allah ditimpakan di dunia.

 

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed