by

Jokowi VS (dan?) Fundalisme

Opinion formation akan berlangsung jauh lebih cepat jika gerakan ini memiliki beberapa super agent. Mengalirkan status, ciapan, celoteh, rekaman video, para super agent ke timeline calon agen adalah cara terampuh untuk memendek waktu pertumbuhan. Dengan itu pesan yang dialirkan bisa bernarasi terbuka, langsung ke tujuan, dan dengan cepat membangun keserempakan.

Joko WIdodo tahu persis potensi kerusakan yang ditimbulkan gerakan semacam ini. Menegkominfo dengan cepat memanggil perwakilan Facebook di Jakarta. DPR langsung menjadwalkan hearing dengan mereka. Hasilnya? Facebook berjanji selekas menindaklanjuti temuan tersebut.

Tapi, satu tak bisa disangkal: kelompok ini sudah tumbuh. Menghalang algoritma yang dipasang para handler adalah satu cara. Tapi tak ada yang tahu seberapa jauh keseragaman telah terbentuk. Mereka dengan mudah berpindah dari Facebook ke WA atau Telegram. Untungnya di sana tidak ada timeline yang mengalirkan status atau ciapan teman-teman. Satu kemungkinan tersisa: penyebaran konten super agent.

Berperang secara terbuka dengan para super agent selama 8 (delapan) bulan masa kampanye adalah tindakan super tolol. Itu sama saja dengan menciptakan panggung. Dikibas narasi suci, api menjalar lebih cepat. Ledakan cuma bersisa hitungan pekan. Cara lain harus ditempuh.

Dan itulah yang dengan dingin, santun, tapi keji, dilakukan Joko Widodo. Pertama, dia menyiapkan Undang-Undang Anti Terorisme sebagai jala. Berikutnya, ‘pendekatan’ dilakukan. Habib Rizieq masuk ke dalam ketiak. Lalu Tuan Guru Bajang. Dari sana berlanjut ke AA Gym, dan kemudian Ustad Somad. Kemarin kita dengar pengacara Rizieq telah didaftarkan PDIP sebagai caleg. Semua berlangsung secara masif dan terstruktur.

Kekuatan mereka hancur. Para juragan terperangah. Dalam kepanikan mereka berulangkali ganti strategi. Rentangnya tak panjang, berlangsung dalam hitungan hari. Hari ini si A dijagokan sebagai capres, besok berganti ke B, keesokan hari kembali ke A. Kecemasan merajalela.

Bukan cuma tegas, Joko Widodo membunuh musuh-musuhnya secara sadistik namun dengan dingin dan berulas senyum. Kemarin, melalui Pramono Anung, dia berkata bahwa pengumuman cawapres akan dilakukan pada hari terakhir masa pendaftaran. Bisa jadi di jam terakhir.

Anda boleh saja berteriak, memrotes, berkaok-kaok mirip orang sakaw, menuduh Joko Widodo telah bertindak dengan cara yang tidak demokratis, dengan kelihaian seorang fundamentalis. Kenapa tak membiarkan seluruh gagasan bertarung di arena terbuka, teriak Anda meracau.

Goblog. Itu pertarungan tidak seimbang. Yang satu masuk ke gelanggang dengan pikiran naif dan terbuka, yang satu datang dengan pikiran tertutup berlandaskan impuls yang sudah diprogram. Kita tak bisa menyerahkan masa depan Indonesia ke pertarungan model itu. Karenanya saya paham akan upaya yang sedang dilakukan para elit untuk mengembalikan dasar negara ke bentuk semula dan murni. Pertarungan tolol harus dihindarkan.

Dunia sudah berubah secara cepat. Kita tak pernah tahu apa yang kita makan siang ini. Boleh saja Anda sudah membayangkan sepiring gado-gado. Tapi sekian detik saat tiba di konter, sebuah pesan masuk ke gadget, tak berhubungan dengan makanan. Detik berikutnya Anda menyebut Capcay kepada gadis di depan Anda.

Ada tangan-tangan tak kelihatan yang mengarahkan pikiran Anda.

Sumber : Status Facebook Sahat Siagian

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed