Harapan membutuhkan orang yang mau bekerja merengkuhnya dari ruang hampa. Kita bertahan mencintai negeri ini karena hadirnya orang-orang seperti itu. Di sela tadarus, sambil merebahkan badan saya membayangkan negeri ini 5 sampai 10 tahun yang akan datang.
Ada optimisme yang membuncah karena saya percaya ada orang yang sedang bekerja untuk menghadirkan harapan akan masa depan yang lebih baik, harapan akan kenyamanan untuk anak cucu kita.
Di sela kidung ayat-ayat dari microphone Masjid saya membayangkan bandara kertajati di Jawa barat sebentar lagi beroperasi, kereta api minangkabau di Sumatera barat telah beroperasi kemarin, Tol Jakarta – Surabaya telah terbubung, Tol Sumatera tidak lama lagi tersambung semua, Pelabuhan Kuala tanjung terminal hub laut terbesar keempat di Asia sudah 90 % jadi, Tol Samarinda- Balik papan yang akan menjadi Tol pertama di Kalimantan sudah 60 % lebih.
Semburat harapan dari bumi Papua yang terus berbenah dengan konektivitas dan akses jalan yang jauh lebih baik. Industri Pariwisata negeri ini yang terus bergeliat menjadi penyumbang devisa eksport terbesar kedua. Pembenahan rantai distribusi pangan oleh Bulog.
Argggh…., negeri ini menjanjikan optimisme. Aku, mungkin juga kamu sepakat bahwa negeri ini harus terus kita cintai dengan semua tetek bengeknya. Negeri ini menjanjikan begitu banyak harapan.
Kita bertahan mencintai negeri ini karena hadirnya orang bekerja merawat harapan itu. Orang seperti ini harus kita cintai. Mendukungnya agar tidak lelah ia bekerja. Salah satunya Jokowi. Saat ini ia sedang bekerja merawat harapan kita, merawat kecintaan kita pada bangsa.
Seorang sahabatku seminggu lalu pulang dari Kanada setelah 15 tahun tinggal disana. Ia mengirimkan pesan Whatsapp jelang sahur tadi malam
“ Bro, apa yang bisa gua bantu untuk Jokowi. Orang ini harus kita dukung. Seumur hidup gua blum pernah ngerasain pembangunan desaku bergerak se masif ini. Perangkat desa dan warga bergotong royong bangun jalan dan irigasi desa. Dan mereka digaji lewat dana desa untuk membangun kebutuhan mereka sendiri. Ini revolusi pembangunan bung ” ceracau sahabatku.
Dengan kantuk yang masih ada aku membalasnya, “ Pastikan kartu suaramu dan keluarga untuk Jokowi 2019 nanti. Bantu jelaskan pada lingkungan apa yang sudah dilakukan Jokowi. Bantu membantah fitnah untuk Jokowi. Itu saja, gua mau tidur lagi” balasku sembari memeluk guling dan membayangkan wajah Raisa.
Jokowi ditengah gempuran fitnah dan cerita bohong justru elaktabilitasnya terus meroket. Ia tidak membalas fitnah itu. Ia menjawabnya dengan bekerja dan bekerja. Masyarakat sudah cerdas, rentetan hasil survey menunjukan elaktabilitas Jokowi jauh meninggalkan pesaingnya. Lebih dari 70 % masyarakat puas dengan kinerja Jokowi. Ia seperti bola bekel, semakin keras ia dibanting semakin ia melenting.
Pagi ini, kembali aku melihat foto Jokowi bersama beberapa siswa SMA dalam kereta Minangkabau. Senyum Jokowi dan para Millenial dalam foto itu begitu mengembang. Foto itu seakan berkisah, tentang harapan 5 sampai 10 tahun untuk negeri ini.
Menatap foto itu, aku tersenyum sendiri sambil bergumam, “ Hamish rawatlah Raisa, jagalah harapan itu untuknya. Aku ikhlas kok, walau sesek”
Sumber : facebook Awan Kurniawan
Comment