by

JK, Dialah Si Bohir Itu?

Secara bisnis, sesungguhnya keluarga ini baru masuk kategori “konglomerat” sejak tahun 1995. Mereka tidak saja, berhasil menjadi kelompok usaha nomer satu di Sulawesi Selatan. Tapi juga Indonesia Timur. Nyaris tidak ada usaha yang tidak berbau keluarga ini. Ia merambah nyaris semua bidang usaha, tidak lagi hanya hasil bumi, kendaraan umum, dan pelayaran. Ia msuk ke sektor konstruksi, yang tentu saja karena berteks Indonesia Timur selalu menjadi “proyek mahal dan tak perlu inspeksi”.

Saya pikir, dari konteks seperti inilah “oligarkis” dimulai. Di tangan kiri kekuatan ekonomi, di tangan kanan kekuasaan politik. Kalau kata Andra & Back Bone: sempurna….

Sisi baik dari keluarga ini, mereka selalu merangkak dari bawah. Bukan melulu hasil potong kompas dan KKN. Tapi oligarki tetaplah oligarki. Ia tak peduli terhadap masa lalu, di hari dan untuk masa depan cara kerja mereka sama: bertahan, membesar, atau mati….

Dalam konteks di atas, menjelaskan banyak hal kenapa ia bisa terpilih dua kali sebagai Wakil Presiden untuk dua presiden dengan karakter yang berbeda. Ia dipilih, di luar punya duit juga punya massa. Kekuatan yang justru membuatnya tampak lebih agresif dan penuh inisiatif dibanding Sang Presidennya sendiri. Ini tampak nyata, ketika ia mendampingi SBY yang peragu dan terlalu penuh perhitungan itu.

Saat menjadi pendamping Jokowi, karena sama2 pengusaha. Ia terlihat relatif canggung. Karena Jokowi ternyata “lebih gila”. Dan perhatiannya ternyata tidak hanya Jawa, tapi ternyata luar Jawa. ia mati kutu. Walau proyek luar Jawa tampak sangat banyak, namun karena mengurangi potensi KKN Jokowi lebih memilih menggunakan BUMN yang dianggapnya lebih mudah disetir dan dituntut. Di sinilah barangkali walau ia kembali “menjabat”, ia sebenarnya hanya benar2 pelengkap.

Sialnya, pada masa Jokowi ini pula. Banyak binsisnya, terutama yang pseudo bisnis banyak yang kena tilang institusi hukum. Sebut saja salah duanya Pelindo yang ternyata tak lebih “negara dalam negara”. statusnya milik negara, tapi dikelola secara swasta dan keuntungannya tak mengalir ke kas negara. Tapi… ya wis. Pun di Lion Air, yang tampak membesar dengan kontrak pengadaan pesawat terbesar di dunia. Di atas kertas milik Rudi Kirana, tapi ya wis… Saya bisa sebut perusahaan yang lain, tapi buat apa?

Di sinilah, ia sadar bahwa kalau semuanya dibiarkan “sesuai mau Jokowi”, ia juga akan terlibas sendiri. Di sinilah ia bereaksi….

Di hari2 ini, secara politik JK mempunyai dua anak emas. Keduanya saya kenal dekat. Eep Syaefullah Patah sebagai pemikir, dan Anies Baswedan sebagai operator. AB jelas cocok ditaruh di DKI Jakarta, ia adalah seorang “denial sejati”. Keduanya berprofilling pintar, tapi menurut saya sebagaimana tupai. Sepintar2 mereka cenderung ceroboh. Mereka bukan karakter maling, sehingga ketika mencuri selalu meninggalkan jejak. Bisa tetap bertahan karena faktor sentimen (apa pun itu, agama kek, politik kek) dan mereka sangat dibutuhkan karena tak ada figur yang lain yang barangkali tepat.

Tapi, sekali lagi, itulah kelemhan dasar keduanya mereka tetap saja cuma anak wayang. Walau tetap dengan ambisi sangat besar. Saya tahu faktor yang tetap menjaga daya tahan keduanya: ESF karena istrinya yang motivated, sedang AB karena pertaruhan menyandang nama besar keluarga.

Di hari ini, keduanya sedang dalam masa krisis berat. ESF justru lagi punya masalah di Makassar, di kandang sang tuan. AB tak kalah runyam, dengan kebegoan banyak kebijakannya di DKI jakarta.

Dan solusi pengalihannya adalah HRS.

Dia adalah orang dengan profiling arogan dan tak pedulian, setipe dengan Donald Trump. Orang yang akan selalu berteriak, entah benar atau salah. Yang penting media tetap meliputnya. Dan sialnya, ia didukung banyak elemen. SJW akan dengan senang hati mengglorifikasi, sebagai figur musuh pemerintah. Ia punya peran penting menjadi alat pemersatu, agar media fokus padanya dan menutup banyak kasus lain. Baik itu politik,, hukum, ekonomi, atau apa pun. Kasus Kejagiung, Joko Candra, Jiwasraya, apa saja….

Di sinilah kecerdasan dari JK. Ia benar2 Jalan Keluar….

Ia cukup bawa uang sekoper. Bayar denda bawa pulang si porn fugitive. Bikin, heboh di bandara, bikin soal baru di pernikahan anaknya. Ia mengambil resiko paling besar dan sangat banyak, justru pada masa depan dirinya sendiri. Ia sebagaimana dikatanyakannya, ia seorang lanun (penghalusan dari kata bajak laut dari sisi poistif), yang berani mengambil resiko. Ia akan selalu berpikir sebagai lanun, orang yang berani melawan siapa pun jika kepentingannya terganggu…

Jika judul dari tulisan ini, benarkah ia si Bohir? Bohir berasal dari bahasa Belanda: “bouwheer” berarti “pemilik modal”. Ya kan sudah lumrah ia konglomerat, tentu ia punya modal. Ia adalah orang yang sangat paham, bahwa titik kritis bisnis konglomerasi itu berada di generasi kedua. Terpeleset sedikit, ia akan jatuh dan hanya dikenang sebagai sejarah masa lalu. Tentu ia tidak mau.

Untuk itu wajar saja bahwa ia jadi bohir di arena politik? Tentu bukan hanya dia saja, banyak juga yang lainnya. Lalu anehnya dimana? Justru aneh kalau tidak.

Jadi bohir itu kan juga cara bertahan hidup!
.
.
.
#abot2edadiwongsugih

Sumber : Status Facebook Andi Setiono Mangoenprasodjo

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed