by

Jiwa Korsa Serda Ucok

Oleh: Denny Siregar

Malam itu 12 orang mengendap2 di sebuah lapas di Jogyakarta. Badan mereka tegap2. Sipir penjara kaget ketika tiba2 ditodong sebuah senjata. “Di mana Dicki?” Tanya seseorang. Sipir ketakutan dan membawa orang itu ke sebuah sel. Dia menunjuk seseorang di dalam sel.

“Kamu yang namanya Dicki?” tanya orang itu. Yang bernama Dicki terduduk ketakutan. Dicki Ambon ini berbadan besar dan dia preman sadis yg ditakuti di Jogja. Tapi kali ini nyalinya ciut seciut2nya.Teman2 satu sel Dicki menyingkir. Orang yang bertanya itu kemudian mengacungkan senjata. Bam ! Bam !

Beberapa tembakan menghajar badan Dicki. Peluru lain menghajar teman2 Dicki yang ikut di penjara. Total 4 orang preman yang masuk penjara karena membunuh seorang anggota Kopassus di sebuah cafe di Jogja, terbantai malam itu.Yang menembak itu bernama Ucok Tigor Simbolon.

Waktu itu berpangkat Serda. Dia merasa sakit hati ketika rekannya dibunuh para preman itu dengan barbar. Jiwa korsanya bangkit. Dia mengajak teman2 angkatannya menyerbu lapas Cebongan. Ucoklah yang menjadi eksekutornya.

Peristiwa itu membuat pro kontra di masyarakat tahun 2013. Saya, meski tidak setuju tindakan main hakim sendiri, tapi pada saat itu hati kecil saya membela Ucok. Begitu juga banyak masyarakat lainnya. Ucok, meskipun divonis bersalah oleh majelis hakim, dia menjadi pahlawan buat rekan2 seangkatannya di Kopassus.

Namanya harum di kesatuannya. Kecintaannya pada Kopassus dinyatakan dalam statemennya di depan hakim. “Saya minta majelis hakim tetap memberi kesempatan dan tidak memecat saya dari prajurit, karena menjadi prajurit bagi saya adalah sebuah kehormatan..” kata Ucok dengan nada bergetar..

Salam hormat, Ucok. Salam hormat prajurit.

Selamat ulang tahun, Kopassus.

Salam secangkir kopi..

(Sumber: Facebook Denny Siregar)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed