by

Jenderal “Naif”

Kasus yang paling terkenal adalah saat Hoegeng menggagalkan upaya penyelundupan mobil mewah oleh komplotan Robby Tjahyadi. Yang ternyata si Robby ini dibekingi oleh banyak pejabat atau petinggi negeri saat itu. Para pejabat ini berlomba-lomba membelanya. Karena kalau Robby dipenjara, pejabatnya juga ikut. Tapi Hoegeng tidak gentar.

Robby Tjahyadi akhirnya dipenjara beserta para pejabat yang menerima upeti darinya. Dari hukumannya yang 10 tahun penjara (ada yang bilang 7,5 tahun), dia hanya menjalani 2,5 tahun saja. Robby memang penjahat pertamax. Setelah keluar penjara malah sukses jadi pengusaha tekstil dan jadi kroninya keluarga Cendana.

Yang paling heboh lagi dari kisah Hoegeng adalah saat menangani kasus Sum Kuning. Kasus perkosaan cewek semlohai berkulit kuning penjual telur yang bernama asli Sumarijem. Dia diperkosa 3 pemuda yang nggak jelas sampai sekarang, siapa mereka. Ayo ngaku ae rek, mumpung sik durung dibatek nyowomu. Nang neroko diperkosa karo komodo.

Ada beberapa versi cerita soal kasus Sum Kuning. Yang paling dipercaya dan populer di masyarakat adalah pemerkosa Sum Kuning itu anak orang top di Jogja. Satunya anak jenderal yang dibunuh oleh PKI dan satunya lagi anak seorang aristokrat. Tapi itu semua masih abu-abu. Walau itu berdasar pengakuan Budidono seorang makelar mobil yang ikut nyicipi tubuh Sum setelah Sum lapor polisi.

Karena menyangkut nama orang gede, masalah pun jadi runyam. Sum Kuning malah dikriminalisasi. Dia dituduh membuat laporan palsu. Juga dituduh anggota Gerwani. Dia dipaksa bugil oleh aparat untuk membuktikan bahwa di tubuh Sum tidak ada tato Gerwani. Dan sempat menginap di tahanan polisi. Siang malam dalam keadaan sakit diperiksa oleh aparat.

Karena kasus sudah mulai dipolitisasi, Soeharto pun turun tangan. Akhirnya kasusnya ditangani oleh Kopkamtip, badan yang harusnya cuman ngurusi kasus-kasus politik yang mengancam stabilitas negara. Hoegeng pun melongo, nggak bisa berbuat apa-apa, “Karepmu opo se To..”

Di zaman Orba, pelaku atau gerakan yang mengacau, menentang, mengritik penguasa pasti akan dicap komunis. Soeharto sendiri mempresentasikan dirinya sebagai Pancasila. Siapapun yang berani menentangnya dianggap anti pancasila = komunis. Makanya aktivis yang saat itu ditangkap pada misuh-misuh, “Aku gak anti Pancasila..aku anti raimu To!”

Hoegeng yang mendukung kelompok Petisi 50 (sebuah petisi yang ditandatangani 50 orang tokoh nasional yang menentang sikap atau gaya kepemimpinan Soeharto) pun kena getahnya. Acara musik “The Hawaiian Seniors” yang diprakarsainya di TVRI dicekal, nggak boleh siaran lagi. Bermusik pun dianggap sebagai aktivitas politik.

Hoegeng itu jenderal polisi yang multi talenta. Disamping pinter main musik, dia juga pinter ngelukis. Di masa pensiun, hari-harinya diisi dengan melukis. Pernah ada pesanan lukisan dari seorang pengusaha terkenal. Ketika lukisan jadi, si pengusaha minta inisial Hoegeng di lukisan dihapus. Rupanya dia takut kalau nanti Soeharto tahu kalau dia berkawan dengan Hoegeng. Tentu saja Hoegeng menolak. Bisnis pun gagal. Gak sido mbayar utang.

Setelah ngurusi kasus Sum Kuning, Hoegeng diberhentikan Soeharto dari jabatan Kapolri. Alasannya peremajaan. Padahal yang menggantikannya lebih tua. Hoegeng sendiri ditawari jadi Duta Besar di Belgia. Karena merasa nggak pinter diplomasi, Hoegeng menolak secara halus. Dan Hoegeng pun pensiun dini.

Karena terlalu jujur, saat pensiun Hoegeng nggak punya rumah plus kendaraan. Untungnya Kapolri penggantinya orang baik. Hoegeng pun dikasih rumah olehnya. Para Kapolda juga urunan membelikannya mobil. Lumayan. Itulah salah satu bukti bahwa di akhir cerita orang baik selalu menang. Walau sebelumnya babak belur gak karu-karuan.

Wis ah.

Sumber : Status Facebook – Robbi Gandamana –

 

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed