by

Jawa Kamu Bilang Cemen Jull?

Bagi orang Jawa, ketika keris sudah diletakkan didepan, itu adalah berita biruk bagi lawannya yang menyatakan dia siap mati. Lihat apa makna pesan Pangeran Diponegoro dengan kerisnya yang selalu diletakkan didepan, beliau berbicara kepada Belanda, “saya siapkan selembar nyawa ini demi melawan kalian!!”, itulah orang Jawa. Dan Belanda dibuat terkencing kencing bukan?

Belum berbicara tentang filosofi hubungan keris dengan sarungnya. Sebuah konsep sebagai hubungan akrab, menyatu untuk mencapai keharmonisan hidup di dunia.

Maka lahirlah filosofi “manunggaling kawula – Gusti”, bersatunya abdi dengan rajanya, bersatunya insan kamil dengan Penciptanya, bersatunya rakyat dengan pemimpinnya, sehingga kehidupan selalu aman damai, tentram, bahagia, sehat sejahtera.

Selain saling menghormati satu dengan yang lain masing-masing juga harus tahu diri untuk berkarya sesuai dengan porsi dan fungsinya masing-masing secara benar.

Itu baru makna keris..!!

Bila si Kuplek ini memakai penutup kepala hanya demi pamer tentang siapa dan apa kedudukannya, blangkon pada orang jawa sangat berbeda. Tak ada blangkon menunjukkan siapa dan apa pangkatnya. Itu tentang makna kerendahan hati.

Blangkon gaya Surakarta tidak memiliki tonjolan di bagian belakang, melainkan terjalin dengan mengikatkan dua pucuk helai kain di bagian kanan dan kiri. Makna blangkon dalam hal ini adalah sebagai simbol pertemuan antara jagad alit (mikrokosmos) dengan jagad gedhe (makrokosmos).

Blangkon gaya Jogja memiliki mondolan di bagian belakang. Mondolan erat kaitannya dengan filosofi orang Jawa yang diharapkan pandai menyimpan rahasia.

Tidak mudah membuka aib, baik aib diri sendiri maupun orang lain. Halus dalam berbicara dan bertingkah laku lembut serta berhati-hati sebagai wujud keluhuran budi pekerti.

Orang yang bijak akan mampu tersenyum dan tertawa meskipun hatinya menangis. Ia hanya memikirkan bagaimana berbuat baik terhadap sesama, meski diri sendiri menjadi korbannya.

Itu orang jawa Jull!!

Dulu, kedua lututnya gemetaran hingga seluruh sendi tubuhnya seakan siap lepas tanpa dia mampu mencegahnya. Kita tak pernah tahu, dan kita memang tak boleh tahu bila ternyata bangkunya basah.

Dia sudah seperti terkencing-kencing dihadapan mereka yang menolaknya, saudara kita dari Pontianak. Dia ditolak oleh mereka yang tak ingin daerahnya kotor oleh mulut penuh fitnah dan dengki.

Dia ditolak, bahkan kakinyapun tak layak dan tak pantas menginjak bumi Pontianak. Dia diusir dan hanya termanggu dipintu pesawat, bahkan udara kota Pontianakpun tak sempat dia hirup.

Kini, Jawa dihinanya. Orang Jawa dianggap dagelan tak bermakna. Orang Jawa dibuat jadi tertawaan. Dia merasa lebih bermartabat dari seluruh orang Jawa. Dia merasa lebih bernilai dibandingkan manusia Jawa.

Apakah kami orang Jawa akan berlaku seperti saudara kami dari Pontianak ketika kamu akan menginjak tanah kami, hehehe….?

Satu hal yang pasti, kami orang Jawa masih menunggu tindakan aparat kepolisian mengusut tuntas cacian dan hinaanmu terhadap suku kami. Kami masih bersabar dan bangga dengan kejawaan kami yang penuh unggah ungguh.

Unggah ungguh kami, menghargai mereka yang berwenang. Orang jawa gak mungkin mbablas untuk main hakim sendiri. Kami diajari sopan santun, tepo sliro dan mengdepankan adab.

Unggah ungguh kami, memberi kesempatan kepada kepolisian untuk menyelidiki adakah unsur pidana yang sudah kamu lakukan.

Ini bukan delik aduan, seharusnya polisi dapat langsung bertindak. Polisi dapat langsung memanggil yang bersangkutan untuk diminta keterangannya.

Ada indikasi Jull telah melanggar UU No 40 tahun 2008 pasal 156 KUHP tentang diskriminasi ras dan etnis. Ada unsur sengaja membenturkan suku Jawa dan Sumatra.

Namun, bila aparat masih tidak juga bergerak, siapapun orang Jawa yang merasa terhina dengan omongan Jull, boleh, dan pasti akan banyak yang akan membuat laporan.

Inisiasi pelaporan sudah dibuat oleh seorang warga ber etnis Jawa bernama Eddy Santry.

Orang jawa akan dengan setia menunggu hasil laporan itu, dan kamu akan menyesal sudah menghina kami orang jawa.

Kamu juga akan menyesal telah mengadu domba kami orang Jawa dan Sumatra. Kami punya sejarah Soekarno dan Hata, dwi tunggal Proklamator Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Kelakuanmu tak lebih dari kompeni, kaum penjajah yang hobinya adu domba sesama anak bangsa demi kepentingan sempit yang gak jauh dari faktor perutmu yang sudah buncit dan menjijikkan.

Apakah pemecah belah bangsa semacam Jull ini pantas tinggal di Indonesia, boleh..,tapi taruh saja di pulau terpencil dengan jeruji mengelilingi tubuh tak guna itu.

Apakah kita harus mendukung seorang Eddy Santry yang mengambil inisiatif melaporkan pemecah belah bangsa semacam itu, saya mendedikasikan tulisan ini untuk “Eddy Santry” sebagai bentuk dukungan agar banyak orang-orang Jawa yang akan bertindak seperti Eddy Santry.

DUKUNG EDDY SANTRY..!!
.
.
.
Rahayu
Sumber : Status facebook Karto Bugel

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed