by

Jasa Kurir yang Tergelincir

Postingan yang telah dihapus itu sebenarnya diunggah seminggu yang lalu dan kemarin menjadi viral sehingga membuat netizen +62 ramai-ramai memboikot sang perusahaan jasa kurir. Entah si admin memang sedang silap jempol atau tidak ada bermaksud apa-apa karena mungkin tidak sampai jauh ke sana dalam berpikir. Tetapi ketika netizen membongkar lebih dalam, didapatkan serangkaian postingan lama yaitu ketika ada acara pengajian rutin bulanan yang diisi dengan mendengarkan ceramah dari si bowheer. Dan ada lagi postingan lain yang belum jelas kebenarannya yang mengatakan kalau doi juga merupakan pemegang saham, sehingga JNE perlu untuk memberikan pernyataan supaya permasalahan bisa clear.
Kemudian terjadi gerakan dari pada cebong militan untuk menghapus applikasi JNE dan menolak untuk menggunakan jasa mereka untuk segala bentuk keperluan pengiriman. Harus diakui kalau kelompok cerdas ini adalah pemakai jasa terbesar dalam transaksi online karena doyan belanja, berlainan dengan kelompok sebelah yang makan saja mesti menunggu adanya demo untuk dapat jatah nasi bungkus karet dua dengan sayur jengkol sebagai lalapan. Perusahaan JNE yang dulunya merupakan anak perusahaan pioneer Titipan Kilat alias TIKI ini sepertinya harus mulai berbenah diri dan melihat ke dalam jajaran kalau tidak mau untuk ditinggalkan. Dan beberapa perusahaan saingan seperti si Cepat yang sudah lebih tanggap dan dengan sigap menadahkan tangan sebagai tempat pelarian.
Tingkah laku was-was yang dilakukan oleh para netizen +62 ini adalah imbas dari penemuan oleh pihak kepolisian yang mengatakan tentang penyalahgunaan kotak-kotak amal. Bentuk sumbangan yang kerap dijumpai di berbagai lokasi dan fasilitas umum ini ternyata sebagai pengumpul dana bagi gerakan teroris yang radikal. Sehingga perusahaan-perusahaan yang sepertinya berafiliasi ke kelompok tersebut bisa dicurigai dan diperkirakan akan turut memberikan sumbangan kepada mereka sebagai bekal. Yang nanti digunakan untuk biaya mengirim mereka ke luar negeri untuk berlatih serta membeli senjata yang diperuntukkan untuk membunuh dan memenggal.
Pantas saja kalau mereka bisa hidup dengan sebegitu lamanya di lokasi yang terpencil karena adanya sumbangan rutin yang begitu banyak dari orang-orang yang tidak dikenal. Dahulu pernah diketemukan sejumlah kotak amunisi milik teroris ISIS di Suriah yang ternyata dari negara Indonesia sumbangan tersebut berasal. Maksud hati hendak mengumpulkan amal jariah, ternyata dana dipakai dan disalah gunakan untuk menghantam dan menikam ummat dari belakang dengan segala macam dalih khilafah yang tidak masuk di akal. Juga termasuk jaringan peminta-minta seperti ACT, MER-C yang diperkirakan berafiliasi ke kalangan tersebut, jangan-jangan kelompok ini merupakan pengikut LGBT karena sangat suka menyerang dari anal.
Tabik.
Sumber : Status Facebook B. Uster Kadrisson

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed