by

Jangan Takut Ayahmu Nak

Usai memasukkan motor ke garasi, anak muda itu menghampiri lelaki itu. Duduk sambil berusaha mengelap air hujan yang membasahi sekujur tubuhnya.

“Mas Ghifar ganti baju dulu. Bikin susu hangat sana. Kalau sudah tenang, nanti ke sini lagi” tutur lelaki itu kepada anak muda di depannya.

Lelaki itu ingin marah. Ingin menjewer telinga anaknya. Ingin bikin anaknya menangis. Biar kapok. Karena pergi tanpa pamit.

“Maaf saya terlambat pulang, Yah. Tadi diajak dolan teman ke Tawangmangu” ucap anaknya itu sambil tertunduk.

“Nggak apa-apa. Alhamdulillah Mas Ghifar sudah tiba di rumah dengan selamat. Ayah seneng sekali” balasnya pelan.

“Maafkan saya, Yah. Karena bikin ayah menunggu dan gelisah” ucap sulung itu penuh rasa salah. Terlihat buliran bening keluar dari sudut matanya.

“Ayah nggak apa-apa. Mas Ghifar nggak usah takut sama ayah. Tapi takutlah sama Mas Ghifar sendiri. Takut kehilangan masa depan karena bepergian jauh tanpa sepengetahuan orang tua. Ayah tidak bisa memantau kemana pun perginya Mas Ghifar. Kemana dan sama siapa. Andai ayah dibohongi pun, ayah nggak bakalan tahu. Hanya Allah dan Mas Ghifar yang tahu. Cuma, apakah Mas Ghifar tega bikin orang gelisah memikirkan anaknya yang seharian tidak pulang? Takutlah pada dirimu sendiri. Jangan takut kepada ayahmu. Karena justru ayahmu sangat mencintaimu. Sangat takut kehilanganmu. Sangat khawatir akan keselamatanmu. Sekarang sudah malam. Segera tidur. Dan biarkan ayahmu duduk di sini” tutur lirih sang ayah.

Anak muda itu menghampiri ayahnya. Dipeluknya sang ayah. Kuat. Dan dua lelaki itu beradu air mata. Di kegelapan malam. Di tengah hujan.

Ketika anak muda itu berlalu, lelaki yang mulai menua dan beruban kembali bersandar ke kursi. Menatap langit-langit. Mengajak cicak untuk mengaminkan doanya. Agar Tuhan mewujudkan impian anaknya. Cita-citanya.

Sumber : Status Facebook Johan Wahyudi

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed