by

Jalan (Terjal) Esemka

2. Brand China
Tak bisa dielakkan lagi kalau produk Esemka dibangun dari platform mobil China, baik itu Foday maupun Changan. Sebenarnya tentu saja tidak haram membangun industri mobil dengan berkolaborasi dengan pabrikan lain yang sudah lebih dahulu jalan.

Beberapa pabrikan di China pun bekerjasama dengan pabrikan Jepang sehingga kemudian mereka bisa mandiri membuat produknya. Bahkan satu jenis mobil, bisa dijual dengan beberapa merk lain.

Baojun 530 yang diproduksi WULING-GM-SAIC, dijual di Indonesia dengan nama Wuling Almaz, dan di Amerika dengan nama Chevrolet Captiva. Ini salah satu produk yang cukup fenomenal, karena banyak teknologi canggih yang dibenamkan.

Namun tentu, pengalaman buruk bangsa kita yang dulu pernah berurusan dengan Motor China (Mocin) yang memang sangat bermasalah, mungkin membuat masih adanya persepsi buruk orang tentang brand otomotif dari China.

3. Mentalitas Jepang Minded

Orang +62 sudah sangat terbiasa dengan brand Jepang sejak lama. Memang brand Jepang terkenal menjaga kualitas dari sejak lama, sehingga mereka jarang mengecewakan masyarakat Indonesia. Produk motor Honda dari sejak jaman CB, Astrea, Win atau mobil Toyota Corolla atau Kijang, memang melayani kebutuhan masyarakat dengan menjaga tingkat kepercayaan dengan baik.

Sehingga ketika brand Jepang ini mengerek harganya gila-gilaan jauh diatas harga produksinya, masyarakat masih cenderung tetap memilihnya, padahal kalau dari sisi kualitas, perkembangan teknologi juga memungkinkan produk non Jepang untuk berkompetisi, namun beberapa tetap rontok melawan brand Jepang.

Ambil contoh, Bajaj. Di India, Bajaj adalah produsen teratas untuk motor laki. Produknya dikenal bandel, apalagi sejarahnya ia berkolaborasi dengan Kawasaki, sampai akhirnya ia sudah bisa mandiri. Produknya yang dijual di Indonesia pun memiliki kualitas yang bagus, bahkan sempat kolaborasi dengan Kawasaki untuk menjual Pulsar 200NS. Namun tak bisa bertahan lama, Bajaj pun harus angkat kaki dari Indonesia, karena tidak bisa mengejar ketertinggalan dari brand Jepang.

Terlebih kesan dari brand Jepang juga harga jual bekas yang tetap terjaga.

Itu tadi, menurut saya, adalah tiga tantangan terberat Esemka. Maka ada beberapa langkah penting yang perlu dilakukan supaya brand Esemka sukses:

1. Membangun jejaring dealer, service, spare part, dan komunitas.
Kekuatan brand Jepang adalah mereka punya jejaring dealer dan service yang kuat. Memastikan supply service part tersedia. Ini hal wajib yang harus dibuat, untuk menjamin rasa percaya publik.

Komunitas akan terbentuk dengan mudah, kalau produknya direview bagus, dan didukung oleh jejaring dealership yang baik pula.

2. Memastikan produk yang dilepas, mendapat review baik oleh para pengguna, dan influencer otomotif dan media.

Wuling termasuk brand China yang relatif sukses untuk ukurannya, karena produknya memang selalu membawa inovasi baru, dengan value yang baik. Bahkan beberapa kali, produknya seperti Confero, Cortez mampu meraih Car of The Year dari review yang dilakukan oleh dunia otomotif. Namun karena sebagai brand China, belum menjamin tingkat larisnya melawan brand Jepang yang sudah lebih dulu mengakar.

Esemka pun harus memastikan produknya berkualitas, karena review jelek di media dan media sosial, akan mampu meruntuhkan potensi penjualannya.

3. Belajar dari kesuksesan Proton di Malaysia, perlu adanya keberpihakan pemerintah untuk memprioritaskan produk merk lokal dalam pengadaan di instansi pemerintah. Namun jangan sampai di-abuse juga dengan hanya sekadar rebadge tanpa inovasi lanjutan.

Jadi selamat datang, Esemka, selamat berjuang di jalan terjal ini. Saya mendoakan semoga sukses, dan bisa menjadi rintisan pabrikan otomotif yang kelak bisa membanggakan bangsa.

Sumber : Status Facebook Muhammad Jawy

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed