by

Istiqlal Katedral

Sayangnya cita-cita Bung Karno gak berjalan mulus. Makin ke sini intoleransi makin menjadi-jadi. Boro-boro ada muslim mau membantu membangunkan gereja, mereka mau bangun sendiri aja dipersulit. Bukan cuma dipersulit malah dilarang.

Kalo kemarin saat meninjau renovasi Masjid Istiqlal Presiden Joko Widodo mengungkapkan rencananya membangun terowongan bawah tanah antara Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral, sebagai simbol adanya silaturahim antara jemaah Masjid Istiqlal dengan umat di Gereja Katedral, ini sih lebay, mubazir, dan kata temen Kristen gue NORAK.

Jujur, kali ini gue bersebrangan soal yang satu ini. Kalau mau membangun toleransi yang sesuai dengan semangat Bung Karno mendirikan Masjid Istiqlal di samping Gereja Katedral, bukan dengan membangun terowongan. Kenapa gak mencabut peraturan diskriminatif Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 dan Nomor 8 Tahun 2006, misalnya. Di mana dalam peraturan tersebut mensyaratkan harus ada KTP dari 90 orang pengguna Rumah Ibadah dan 60 orang persetujuan masyarakat setempat.

Minoritas minta persetujuan mayoritas itu enggak gampang. Bahkan yang sudah mengantongi IMB aja, bangunannya sudah berjalan, begitu digugat warga bisa dicabut ijinnya kayak di Bantul sana.

Sebagai pendukung orang baik, gue kecewa Jokowi sangat kurang perhatian di soal intoleransi ini. Sebuah persoalan yang jauh lebih penting demi tetap tegaknya NKRI daripada sekedar membuat terowongan silaturahim gak berguna di sebuah kota rawan banjir.

Sumber : Status Facebook Ramadhan Syukur

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed