by

Istana Negara Bukan Tempat Hina Cak

Yang ketiga adalah Ahok, lelaki keturunan Tionghwa itu tak ragu mengakui dirinya sebagai anjing pelayan rakyat saat ia menduduki jabatan Bupati Belitung Timur maupun Gubernur DKI. Balai Kota Jakarta yang dulunya cuma bisa didatangi orang penting itu ia ubah dengan sangat radikal. Ahok meluangkan waktu prakerja nya di pagi hari untuk melayani para “bos” pemilik asli DKI Jakarta! Rakyat yang mengadukan pelayanan yang mereka anggap tak berpihak pada orang kecil.

Jadi kalau alasan Cak Nun mengatakan hina bagi dirinya jika datang ke istana rakyat untuk bertemu presiden muka jelata berwajah dagang bakso Solo itu karena Jokowi telah sedemikian jauh “menurunkan derajat” istana negara yang dulunya hanya boleh didatangi para “Gusti” saja, dan orang-orang istimewa saja, maka pahamlah saya siapa Cak Nun.

Apakah Cak Nun menganggap istana itu telah terlalu kotor dan kumuhnya akibat terlalu sering didatangi orang pinggiran seperti petani miskin, nelayan amis, pemulung gembel dan beragam jenis manusia yang dulunya tersundalkan oleh keangkuhan aristokrat penguasa lama negeri ini?
Wallahualam bissawab, hanya Cak Nun dan Allah SWT yang bisa menjawab.

Namun jika benar itu alasan Cak Nun merasa hina datang ke istana maka Alhamdulillah dan terimakasih saya pada pak Jokowi, karena si muka dagang bakso Solo itu telah sekali lagi menguatkan keyakinan mereka yang dulu pernah merasa jadi “anak sundel” di negeri ini bahwa istana yang dulu angker itu memang telah kembali menjadi hak jelata seperti kita!

Mataram, 0905 2019
Sumber : Status Facebook Lalu Agus F Wirawan

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed