by

Islam yang Aman

Oleh: Sahara Djati

 

Banyak manusia-manusia kardus yang merobek-robek Islam di dadanya dengan angkuh… sombong… seolah dia telah menanamkan Islam dengan penuh tawadhu dan berakar kuat… padahal HAMPIR MATI!

Mereka berteriak dengan wajah nanar bak orang kesurupan sambil menunjukkan ayat-ayat al Qur’an seolah hanya dia yang paham makna ayat-ayat suci itu….

Saya belajar Islam sejak kecil.. dari satu guru ke guru lainnya… dari satu buku ke buku lainnya… dari satu kitab ke kitab lain… saya belajar dengan kemauan keras, sebab orang tua saya kejawen… tidak pernah mengajari saya tentang agama Muhammad saw… sehingga sejak usia 6 tahun saya belajar Islam sendirian, bertanya ketika pelajaran sekolah dengan guru agama saya… lalu membuat sendiri hafalan surat-surat pendek, membuat sendiri urut-urutan sholat dan saya praktekkan sehari-hari…

Ketika usia saya 7 tahun, saya merengek minta dibelikan mukena dan sajadah.. namun ortu saya tidak membelikan, akhirnya saya pakai sarung untuk mukena, dan kertas koran poskota di alas kain untuk sajadahnya.

Saya masih ingat sekali kala pertama kali saya sholat, sambil membaca bacaan-bacaan yg saya tulis dikertas hafalan, saya bertakbir, rukuk, dan sujud… kemudian duduk diantara dua sujud… nikmat sekali. Dan sejak saat itu saya keranjingan sholat padahal usia saya baru 7 tahun.

Namun ada yang lucu… saya tidak tahu bahwa sholat harus menghadap kiblat. Saya sholat seenak saya menghadap sesuai dinding papan yang leluasa utk menempatkan kertas bacaan sholat panduan saya. Lalu ketika ortu saya tahu saya salah kiblat… mereka mentertawakan saya geli sekali, dan saya ikut tertawa. Dari situlah saya menjadi paham bahwa sholat itu punya arah sendiri, tidak boleh seenak udele dewekan…

Tahukah sobat, ketika saya mulai sholat rutin usia 7 tahunan itu, dan sdh tidak memakai kertas panduan lagi, yang saya bayangkan adalah sajadah tebal berbulu yang empuk, supaya jidat saya tidak sakit. Karena saya kalau sujud suka kejedot ubin. Tapi saya baru bisa beli sajadah tebal empuk ketika SMP dengan menyisihkan uang jajan juga membeli mukena. Ahhh senangnya saya… bisa sholat dengan indah tanpa kejedot lagi… tanpa mengikat ikat sarung seperti ninja…

Di sekolah saya sangat senang sekali pelajaran agama. Apalagi ketika guru agama saya bercerita perihal nabi Muhammad saw. Ingin rasanya saya suruh pak guru bercerita saja tentang nabi mulia itu. Saya sering diledek teman-eman karena suka menangis ketika guru agama saya bercerita bagaimana nabi Muhammad saw menghadapi kekejian musuh-musuhnya, dilempari kotoran hewan ketika beliau sedang sholat, dilempar batu hingga berdarah-darah, dikejar-kejar kaum qurays musyriq sampai beliau bersembunyi kelelahan di dalam kebun anggur.

Saya sering sesegukkan, dan menyeka air mata saya di saat cerita tentang penderitaan beliau saw dalam mengemban tugas kenabiannya dikisahkan oleh pak guru agama yang tiap malam sering bertandang main ke rumah saya untuk main catur dan selalu kalah. Saya dulu jago main catur loh… xixixixi….

Saya begitu antusias mempelajari agama Islam yang tak saya dapatkan di rumah. Tiap habis sholat saya selalu berdoa, agar saya menjadi hafiz quran dan guru ngaji buat anak-anak seusia saya, karena kala itu saya sangat kesulitan belajar ngaji. Jaman mbah Harto masih berjaya, pengajian-pengajian itu tersembunyi, mereka tidak berani terang-terangan mengumpulkan anak-anak utk ngaji, karena bila ketauan akan dibubarkan paksa oleh pemerintah. Akhirnya saya memilih ngaji di dalam komplek oleh TNI, dengan sistem eja alif ba ta tsa… fatka kasro doma… dan saya lumayan berhasil membaca Juz “Amma’…

Bila bulan puasa tiba hati saya berbunga-bunga…dan saya sudah puasa penuh 30 hari sejak usia 7 tahun tanpa ada yg menyuruh. Kenangan indah bulan romadhon di masa kecil saya adalah, sahur bareng tetangga… mendengar suara-suara marbot masjid saling bergantian membangunkan kita, ramai sekali. Malam2 di bulan romadhon terasa damai, ramai, dan tidak ada ketakutan sama sekali. Bahkan saya sering tidak tidur menikmati malam-malam romadhon yang lain daripada yang lain.

Sejak kecil setiap hari saya berburu buku-buku Islam di perpustakaan. Sejak SD hingga SMA saya lahap buku-buku, kitab-kitab, hadisthadist, dan kisah-kisah Islam. Semakin membaca saya semakin kehausan. Ingin saya lahap semua buku-buku itu dalam satu malam, hingga saya punya kebiasaan begadang hanya untuk membaca buku-buku Islam.

Ketika saya mulai sibuk bekerja saya memperdalam Islam dengan mendatangi majlis-majlis taklim seluruh DKi juga ke pesantren-pesantren karyawan, hingga menjadi sukarelawan buat pengungsi-pengungsi Muslim papua yang terdampar di Jakarta dan menjadi penyalur bantuan buat anak-anak yatim piatu dan anak-anak miskin yang sakit parah namun terabaikan di bangsal2 rumah sakit. Saya pun ikut meramaikan dunia politik lewat dukungan kepada PK. 
Di PK ini ceritanya panjang dan berliku… namun yg jelas… saya menyudahi dukungan saya kepada PKS karena satu hal saja… kentalnya KEMUNAFIKAN di sana….

Saya tidak perlu menceritakan lebih jauh perjalanan keislaman saya, karena Allah yg lebih berhak atas ibadah-ibadah saya, hingga akhirnya saya memilih mendukung Jokowi Ahok tanpa bisa dicegah oleh siapapun. Banyak teman2 seperjalanan yang kecewa dengan saya, namun saya berhak memilih, inilah prinsip yang tak seorangpun bisa mempengaruhi saya, sebab saya punya satu keyakinan, bahwa NEGRI INI SEDANG SEKARAT… 
NEGRI INI BUTUH PENDOBRAK-PENDOBRAK…
AGAR NEGRI INI SEMBUH MESKIPUN BUTUH WAKTU LAMA…
NAMUN PALING TIDAK, NEGRI INI TELAH DIOBATI, DIRAWAT DAN TERSELAMATKAN… OLEH ORANG-ORANG HEBAT SPT JOKOWI, AHOK YANG MEMAHAMI CARA MENYEMBUHKAN NEGRI INI DAN MERACIK OBATNYA, HINGGA PADA AKHIRNYA, INSYA ALLAH SELURUH RAKYAT AKAN MAKMUR DAN SEJAHTERA….

Saya malah heran dengan ustadz-ustadz dan ustadzah-ustadzah yg pernah nyantri bertahun-tahun.. tapi tidak memahami kedukaan negri ini dan tidak mendengar jeritan-jeritan penduduknya…

Mereka seakan akan tidak perduli pada kejahatan-kejahatan koruptor…
Kejahatan-kejahatan narkoba…
Kejahatan-kejahatan tayangan televisi….
Kejahatan-kejahatan pemecah-belah umat….

Mereka malah membelah diri, masing-masing ingin MENONJOLKAN DIRINYA DENGAN KEANGKUHAN MELEBIHI TUHAN….

Miris saya melihat degradasi keilmuan agama, sebagian ustadz ustadzah akhir-akhir ini, yang bukannya membuat Islam semakin harum… malah sebaliknya…. mereka malah sibuk menjelek-jelekan pemerintahan… menghina dengan ucapan-ucapan tak layak dan menciptakan suasana tidak aman….

“Sebaik-baik muslim adalah yang memberikan rasa aman bagi siapa saja yang mendekatinya…”

Bila masih ada yang mencurigai saya sebagai orang bayaran, hmmm mungkin mereka butuh aqua satu galon.

 

(Sumber: Facebook Sahara Djati)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed