by

Introspeksilah Bukan Politisasi Bencana

Kalau soal tuduh menuduh, saya pun lebih mahir karena saya dididik intelijen Zimbabwe, salah satu dinas terbaik di dunia dan akherat. Keluargamu tertimpa musibah, misalnya, saya pun bisa mengarang cerita pendek misteri jika buapakmu atau simbokmu kualat karena sering menghina jomblo. Atau ketika hapemu nyemplung di kolam pemancingan dan engkau kelabakan, aku pun bisa berkata dengan pongah di hadapanmu, “…..makanya jangan suka mengintip kucing kawin. Tuh, rasain, diazab tuhan lu!”

Piye perasaanmu?

Salah satu sifat mulia Kanjeng Nabi itu al-hilm, kemampuan mengontrol diri, tidak reaksioner. Dalam istilah Steven R Covey, kemampuan ini disebut dengan istilah response ability, alias kemampuan merespon sesuatu dengan bijak. Menahan diri untuk tidak berkomentar miring yang bisa menyakiti pihak yang sedang kesusahan, dan bisa berempati terhadap mereka yang tertimpa bencana adalah karakteristik al-hilm. Ngerti unggah-ungguh. Ngerti empan papan, kata orang Jawa. Tahu etika, paham situasi-kondisi. Inilah yang dinamakan kecerdasan interpersonal.

Dan, dalam tahun-tahun politik, kecerdasan ini mulai terkikis ketololan yang berkembang biak seperti amuba: membelah diri secara cepat.

Sumber : Status Facebook Rijal Mumazziq

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed