by

Inilah Tokoh-Tokoh Kunci Dalam Pembebasan Sandera Abu Sayyaf

Oleh Alif Kholifah

Diakui atau tidak, Indonesia sungguh beruntung memiliki Presiden secerdas Ir Joko Widodo. Bagaimana tidak, setelah pembebasan 10 sandera dari Filipina, kini menyusul berikutnya 4 sandera malam ini bebas. Padahal semua tahu bahwa mereka semua disandera pemberontak Filipina, Abu Sayyaf. Bandingkan dengan sandera yang lain, jangankan bebas kurang dari 3 bulan, bebas dengan nyawa masih melekat dibadan saja sudah beruntung. Joko Widodo menunjukkan kemampuannya mengatasi kebuntuan, mendobrak dan konrkti menemukan solusi dalam menyelamatkan sandera. Hasilnya? Semua sandera bebas tanpa kekurangan apapun. Bahkan Indonesia tak perlu mengeluarkan uang serupiahpun sebagai ganti atas sandera yang dibebaskan.

Bagaimana bisa sandera dilepaskan begitu saja? Berdasarkan informasi yang dikumpulkan pembebasan 4 sandera ini melalui perantara yang memang memiliki jaringan kuat disana. Dia lah Agus Dwikarna yang pernah mendekam di penjara Fiilipina 12 tahun. Agus lah yang mengawali membuka komunikasi dengan para pembajak. Tentu perintah untuk melakukan kontak dan upaya pembebasan dibawah komando dari Menteri Luar Negeri. Penunjukan Agus juga berdasar kajian, penelusuran maupun analisa dari berbagai pihak siapa yang paling tepat bernegosiasi dengan para penyandera. Salah satu kelebihan yang dimiliki Agus selain tentu mengenal adat istiadat maupun tokoh-tokoh disana, yakni Bahasa Tagalog.

Negosiasi dengan para penyandera tidak berjalan mulus namun penuh rintangan. Dari pihak Kemenlu turut memantau perkembangan yakni Iqbal sebagai Direktur Perlindungan WNI serta staf kedutaan RI di Manila yang bernama Teddy. Peran Teddy bukan tidak penting sebab jaringannya di kalangan para penyandera juga luas sehingga bisa melakukan negosiasi secara cepat dan tepat. Bukan hanya kubu Abu Sayyaf namun termasuk para aktivis MNLF.

Empat WNI itu diculik pada 15 April lalu, saat dua kapal berbendera Indonesia dibajak di perairan Tawi-Tawi, perbatasan Malaysia – Filipina. Saat itu, ada dua kapal yang menjadi korban pembajakan, yaitu Kapal Tunda TB Henry dan Kapal Tongkang Cristi, yang membawa 10 ABK WNI. Dari pembajakan itu, seorang WNI berakhir tertembak, lima orang selamat, dan empat orang diculik.

Artinya inilah kerja konkrit Presiden Joko Widodo, yang tidak banyak koar-koar upaya yang dilakukan. Inilah kesenyapan dan filosofi kerja kerja kerja. Sejak warga Indonesia disandera, presiden menyatakan keprihatinan dan setelah itu relatif tidak banyak berkomentar. Rupanya beliau bekerja ekstra keras bagaimana membebaskan warganya. Beliau faham bila terlalu banyak bicara di media, jangankan bisa bebas mungkin masih ketemu dengan para sandera pun masih bersyukur karena media kita terlalu ribut dengan isu atau malah mempublikasi upaya yang dilakukan pemerintah. Presiden bekerja keras mengatur strategi, menunjuk siapa yang layak mengambil peran, siapa bernegosiasi hingga hasil akhirnya bisa kita rasakan. Akibatnya penyandera tahu cara mengatasi atau membalikkan keadaan.

 

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed