by

Ini Asbabul Hadits Soal Wanita Sholehah Dengan BB 55 Kg

قالت:وَأَقْبَلَ الرَّهْطُ الَّذِينَ كَانُوا يُرَحِّلُونِي فَاحْتَمَلُوا هَوْدَجِي فَرَحَلُوهُ عَلَى بَعِيرِي الَّذِي كُنْتُ أَرْكَبُ عَلَيْهِ وَهُمْ يَحْسِبُونَ أَنِّي فِيهِ وَكَانَ النِّسَاءُ إِذْ ذَاكَ خِفَافًا لَمْ يَهْبُلْنَ وَلَمْ يَغْشَهُنَّ اللَّحْمُ إِنَّمَا يَأْكُلْنَ الْعُلْقَةَ مِنْ الطَّعَامِ فَلَمْ يَسْتَنْكِرْ الْقَوْمُ خِفَّةَ الْهَوْدَجِ حِينَ رَفَعُوهُ وَحَمَلُوهُ وَكُنْتُ جَارِيَةً حَدِيثَةَ السِّنِّ

Aisyah berkata; “Kemudian orang-orang yang membawaku datang dan membawa sekedupku, dan menaikkannya di atas unta yang aku tunggangi. Mereka menduga aku sudah berada di dalam sekedup itu. Memang masa itu para wanita berbadan ringan, tidak terlalu berat, dan mereka tidak banyak daging, mereka hanya makan sesuap makanan. Oleh karena itu orang-orang yang membawa sekedupku tidak curiga dengan ringannya sekedupku ketika mereka mengangkatnya. Saat itu aku adalah wanita yang masih muda.”

Pertama, yang mengatakan bahwa badan Aisyah ringan adalah Aisyah sendiri, karena yang menjadi mutakallim (orang yang bercerita) dalam hadisul ifki adalah Aisyah, bukan para sahabat. Sehingga tidak ada ukuran pasti berat badan Aisyah. Apalagi saat itu belum ada timbangan, bukan?

Kedua, perempuan pada masa itu memiliki kebiasaan yang berbeda. Kebiasaan perempuan pada masa itu yang hanya makan sedikit, menjadikan badan mereka terlalu ringan. Ditambah lagi, umur Aisyah pada saat itu masih sangat muda. Menyamaratakan berat badan perempuan yang masih muda dengan perempuan yang lebih tua, terlebih hingga menjadikannya ukuran kesalehaan seorang perempuan adalah tidak tepat.

Ketiga, jika parameter istri salehah adalah Aisyah, istri Rasulullah, maka seharusnya ustadz tersebut juga melihat istri Rasulullah yang lain. Saudah contohnya, dalam beberapa riwayat hadis, ia disebutkan dengan ciri-ciri dhahmah, yang dalam bahasa Arab berarti kabiirul jism. Lalu, akankah ustadz tersebut berani mengatakan kalau Saudah tidak saleha?

Penjelasan di atas cukup membuktikan bahwa ustadz tersebut tidak cukup memahami hadis yang ia baca. Di sisi lain, apapun yang berkaitan dengan fisik, tidak bisa dijadikan paramater saleh atau saleha seseorang.

Bukankah dalam hadis sahih riwayat Muslim Rasul juga pernah bersabda:

“إن الله لا ينظر إلى أجسامكم، ولا إلى صوركم، ولكن ينظر إلى قلوبكم”

“Sesungguhnya Allah SWT tidak melihat badan kalian, juga tidak melihat tampang kalian, tetapi Allah melihat hati kalian.”

Mungkin ustadz tersebut bermaksud bercanda. Tapi, ya kali bercanda bawa-bawa hadis? Terus kalau bercanda bawa-bawa hadis, jadi sunnah gitu? he.

Wallahu A’lam.

Sumber : Status Facebook Awan Kurniawan

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed