by

Ingat, Faham Khilafah Sudah Ada Di Parlemen

Di bawah Hidayat Nur Wahid, PKS bisa menyusup ke kubu NU, bahkan keluarga Gus Sholahudin Wahid pun sudah mulai ada putranya yang masuk PKS. Belakangan, isu santer semakin kencang, ketika muktamar di Jombang, PKS dan konon Yusuf Kalla ikut mengarsiteki kubu Kang Prof DR KH Hasyim Muzadi dan Gus Sholah (Sholahudin Wahid Hasyim).

Di samping sisi politik yang memasuki orbit demokrasi Indonesia, sehingga mampu memicu munculnya perda-perda syariah di mana-mana hingga mencapai ratusan Perda, kelompok Wahabi dan Ikhwanul Muslimin ini kemudian melahirkan kawin silang bernama HTI.

“Kelompok ini sebenarnya memiliki makna mengerikan, yaitu hizbut artinya pasukan, barisan atau tentara, tahrir adalah pembersih atau pembebas. Jadi, HTI artinya tentara pembebas Indonesia,” jelasnya.

Ya, lanjut Gus Nuril, mereka memiliki pandangan bangsa Islam di Nusantara ini dijajah oleh pemerintah Indonesia yang menggunakan dasar thogut sebagai bentuk azas-nya. Jadi Pancasila itu thogut alias setan. Pemimpinnya penjajah. Maka misi yang dibawanya adalah menjadi negara theologi alias Indonesia sebagai negara Islam dengan sistem khilafah yang wahabiyah.

Group ini juga mengintrodusir kelompok militan tersembunyi yang selama ini menjadi pelahir teroris, yaitu kelompok yang mengklaim dirinya salafy. Padahal salafy itu sebenarnya adalah para ulama yang lahir setelah zaman nabi, yaitu yang terkenal sebagai “salafus sholeih”.

“Nah, salafy yang ini lahir sekitar abad ke 20, atau bareng dengan kemerdekaan Arab Saudi sekitar tahun 1924-an. Mereka mengklaim sebagai kelompok salaf yang boleh mengkafirkan kelompok lain. Mereka menguasai perumahan-perumahan, kemudian dijadikan basis pertahanan,” terangnya kembali.

Mereka tersembunyi dan susah dideteksi karena bergerombol dalam sebuah group perumahan tersendiri, mendirikan RT dan Rw sendiri. Kelompok ini sangat intens mendirikan sekolah sekolah dan pengajian-pengajian, mendirikan rumah rumah ngaji, dan menduduki masjid masjid,” sambungnya.

Di samping kelompok salafi, lanjutnya lagi, juga ada yang bernama MTA, yang berpusat di Solo, dipimpin oleh Asukino atau Ahmad Sukino. Kelompok ini menawarkan kajian Quran dengan tafsir “sak wudele dewe” sehingga mengkafir-kafirkan sesama muslim.

Di zaman Pak Harto, kelompok ini dengan kelompok radikal lainnya dikendalikan oleh tokoh TNI yang berpengaruh, yaitu Tripel S, yaitu Susilo Bambang Yudhoyono, Syafri Samsudin dan Sudi Silalahi.

Di bawah kendali mereka, pertumbuhan kelompok radikal itu dapat ditekan atau tidak mampu mengembangkan sayap. Namun justru di jaman pemerintahan SBY lah kelompok ini semakin mengembang di mana-mana.

“Kelompok Wahabi ini juga menyusup dan ikut besar di pekarangan Muhammadiyah. Bahkan banyak guru guru Muhammadiyah yang menjadi PKS. Maka wajar kalau gerakan pemanasan makar 411, 313 atau 212, di dalamnya ada tokoh Amin Rais, ada Hidayat Nur Wahid,” pungkasnya. Tentu ada juga Dien Samsudin dan para Kadrun lainnya kata saya.

Gus Nuril adalah tokoh ulama kritis dan berani yang hanya Ingin disebut Pencinta Gus Dur sampai akhir. Pencinta Wali, Pengharap Syafaat Nabi dan mewakafkan hidupnya untuk NKRI.

Sumber : Status Facebook Tito Gatsu.

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed