Kini, AS dipimpin presiden slebor yang popularitasnya semakin merosot. Ia membutuhkan isu besar untuk bisa mendapatkan dukungan dari elit Republikan yang mengendalikan polugri AS, pengusaha-pengusaha kaya Yahudi pro-Israel, publik AS yang pro-Israel, terutama dari kalangan Evangelis (Kristen radikal pro-Israel). Mereka ini (Evangelis) lebih peduli pada rezim Zionis dan mengabaikan nasib kaum Kristiani di Palestina. Sekedar info, Patriark dan Kepala Gereja-Gereja Lokal di Yerusalem sudah mengirimkan surat terbuka menolak keputusan Trump itu.
Di samping itu, Trump jumawa karena sudah mendapatkan dukungan diam-diam dari beberapa sekutunya di Timteng (terutama Saudi dengan pangeran badut-nya itu), sehingga diperkirakan reaksi dari mereka hanya sekedar retorika. Tinggal kita tunggu bagaimana reaksi pejuang Palestina serta aliansi Muqawama (Resistensi). Milisi Irak sudah mengancam akan menyerang tentara AS di Irak; Hizbullah selama ini benar-benar berperang melawan Israel, serta Iran selalu mensupport dana dan senjata untuk para pejuang Palestina. Diperkirakan Timteng akan semakin memanas akibat langkah Trump ini.
Bagaimana Indonesia?
UUD 45 memberi mandat agar bangsa Indonesia berperan serta dalam mewujudkan perdamaian dunia dan menghapuskan penjajahan di muka bumi. Tanggapan yang cepat dan tegas dari Presiden Jokowi yang menyatakan penolakan dan kecamannya atas tindakan Trump adalah langkah tepat yang perlu didukung. Selanjutnya, yang dilakukan Indonesia adalah upaya-upaya diplomatik untuk menggalang penolakan internasional terhadap aksi sepihak AS yang melanggar perjanjian internasional ini.
Comment