by

Indonesia Pasar Rongsokan Timur Tengah

Oleh: Sumanto Al Qurtuby
 

Indonesia itu saya perhatikan seperti “pasar rongsokan” negara-negara lain, termasuk negara-negara di kawasan Timur Tengah. Negara ini bukan hanya menjadi “pasar rongsokan” berbagai produk material negara-negara maju di Barat maupun Asia tetapi juga produk-produk kebudayaan immaterial dari Timur Tengah. Berbagai jenis ideologi, pemikiran, dan aliran keagamaan ekstrim dan intoleran yang mulai kehilangan pengaruh dan pengikut di Timur Tengah justru ngetren di Indonesia.

Sejak dibombardir dengan berbagai isu dan tuduhan ekstremisme dan terorisme pasca serangan teroris di Amerika pada 11/9, 2001, banyak negara-negara di Timur Tengah, khususnya Arab Teluk, yang gencar “membersihkan diri” dari gerombolan “kaum bigot” radikal-intoleran. Berbagai undang-undang dan kebijakan politik dibuat oleh pemerintah untuk menjerat kelompok ekstrim ini.

Di Saudi misalnya, sejak Raja Abdullah hingga sekarang di era Raja Salman gencar dilakukan berbagai upaya untuk memberangus kelompok radikal dan mencegah penyebaran virus ideologi radikalisme. Saat ini saya memimpin proyek riset yang beranggotakan sejumlah ilmuwan sosial Arab untuk membantu mengidentifikasi kelompok-kelompok ekstrimis sekaligus mengurangi dampak trans-regional ekstremisme di kawasan Arab Teluk.

Saya tegaskan sekali lagi keliru besar jika menganggap semua masyarakat Arab, Saudi khususnya, itu sebagai penyokong aneka gerakan ekstremisme dan intoleransi. Saya justru melihat (misalnya melalui berbagai survei yang saya dan “tim riset” kembangkan), banyak masyarakat Arab saat ini yang sangat bosan dengan aneka konflik dan kekerasan serta muak dengan ulah para ekstrimis-intoleran ini karena dipandang mengganggu stabilitas ekonomi, kenyamanan hidup, harmoni sosial, dan keamanan nasional.

Oleh karena itu, kalau ada sejumlah kelompok “Islam ekstrim” di Indonesia yang membawa-bawa label Timur Tengah, bisa jadi mereka ini dalam rangka untuk mencari “legitimasi keagamaan” karena Timur Tengah dianggap sebagai “geografi sakral” umat Islam, atau jika tidak, mereka ini sebetulnya “kelompok pelarian” atau “kaum rongsokan” yang sudah tidak laku di Arab dan Timur Tengah.

 

(Sumber: Facebook Sumanto AQ)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed