by

Indonesia 2030 : Hilang Atau Malah Sebaliknya?

Singer menuliskan “ramalan” itu di sebuah bukunya yg berjudul #GhostFleet. PS sebelumnya pernah membawa buku yg sama ke sebuah acara bedah buku di tahun silam saat membahas buku tentang pemikiran ekonomi Soemitro Djojohadikusumo. Waktu itu, PS jg bercerita sekilas tentang “ramalan” 2030 di buku tersebut.

Lalu buku apakah itu? Kalau kita lihat di beberapa resensi atau penjelasannya, buku ini menulis tentang #Perang di masa depan antara China melawan US. Jadi, di tahun 2030, Indonesia sudah dinyatakan sebagai failed state menyusul adanya perang kedua di Timor Timur. Begitulah pembukaan di novel sains fiksi ini bercerita. Novel? Sains fiksi?

Iya, buku itu sebuah #Novel. Singer sendiri dalam wawancaranya di American Conservatives menyebut kalau novel terbarunya itu dibuat dengan mencampur antara fakta dengan fiksi.

“The book is a mash-up of fiction and non-fiction. It is both a novel, but also looking at the overall trends in technology and politics of the real world.” – PWS

Jadi, novelnya memang mengacu pada tren teknologi dan kondisi politik terkini sebagai #Kerangka ceritanya. Kalau dilihat, ini mirip seperti novelnya Dan Brown yg berjudul Da Vinci Code. Novel yg membuat banyak orang “bingung” karena banyaknya tempat dan tokoh nyata, sehingga muncul persepsi bahwa semua yg diceritakan dalam novel itu adalah kenyataan. Padahal tidak.

The mixture of real-life details with their extrapolated future consequences gives the book a feeling of realness and immediacy often lacking in futuristic fiction. – Huffpost

Begitu #Ulasan dari Huffpost tentang Ghost Fleet, karena memang seperti yg diungkap Singer, dia banyak memakai kondisi terkini, termasuk peristiwa atau teknologi yg nyata ada saat ini. Sehingga rangkaian peristiwa di masa depan yg diceritakan terasa seolah nyata dan tidak terkesan sebagai ramalan fiksi. Tidak heran kalau catatan kaki pd novelnya bisa mencapai 400 buah.

Tapi apa betul ada #Kajian spesifik tentang Indonesia? Sejauh ini belum ditemukan ada sumber yg menyatakan hal tersebut. Pun Singer tidak spesifik mengangkat tentang Indonesia karena Indonesia cuma dijadikan latar cerita pada beberapa “scene” saja, sekedar numpang lewat.

Kalau yg diacu PS dengan kata kajian adalah buku ini, maka itu sangat tidak berdasar. Bagaimana bisa novel sains fiksi disebut sebuah kajian? Apalagi di dalamnya tidak dibahas spesifik tentang kejatuhan Indonesia. Novel ini hanya fokus ke konflik #Geopolitik China vs US, bukan Indonesia.

Jadi kalau saya ditanya, “benar ga sih ada kajian yg dimaksud?” Saya jawab, tidak ada, karena itu cuma sebuah novel #Fiksi belaka

Tapi, seperti yg saya sebut di atas, ada juga #PihakLain yg menyinggung keadaan Indonesia pada 2030. Jadi tidak hanya novel ini yg “meramal” nasib Indonesia di 2030, tapi ada pihak lain jg. Namanya PwC, Pricewater Cooperhouse, sebuah lembaga audit dan finansial terkemuka di dunia.

Jadi dalam sebuah artikelnya, PwC memprediksi bahwa Indonesia pada 2030 diperkirakan akan masuk menjadi negara peringkat 5 ekonomi #Terbesar dunia. Ya, PwC justru “meramalkan” hal yg berbeda 180° dengan novel Singer. Yg satu menyebut Indonesia sebagai failed state, yg lain malah memprediksi jadi negara 5 besar ekonomi dunia.

John Hawksworth, Chief Economist #PwC, mengatakan dalam video singkat bagaimana Indonesia akan berada di peringkat 5 tahun 2030 dengan estimasi GDP 5 miliar USD, dan naik menjadi di peringkat 4 tahun 2050 dengan estimasi GDP 10 miliar USD. Sebelumnya, pada 2012, #McKinsey Global Institute jg memprediksi hal senada, bahwa Indonesia akan menduduki posisi 7 negara ekonomi terbesar dunia.

Yang mana yg benar? #Wallahualam. Semua dikembalikan pada diri pembaca. Yg jelas, pada 2030, kelihatannya Cebi dan Kampri masih saja terus “berantem”…

 

Sumber: Aldie El Kaezzar

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed