by

Idolaku Penuh dengan Ilusi Religius

Oleh: Ahmad Zainul Muttaqin
 

Letih rasanya berbicara dengan para pemuja bang Tayyep Erdogan yang gelap mata terhadap tulisan-tulisan saya. Berita dan fakta apapun yang anda sampaikan bagaikan angin lalu di telinga mereka (walau diberitakan media-media internasional sekalipun). Sebaliknya saya justru diteriaki “Syiah! Liberal! Kafir laknatulloh! Musuh islam!” karena mencoba membuka fakta sang idola, lalu mereka merasa menang seakan telah mengeluarkan argumen terhebat. 

Benar kata pepatah, cinta tak mengenal logika. Cinta hanya mengenal rasa. Gaya gravitasi tak berlaku bagi orang yang sedang jatuh cinta. Ia akan melayang sendiri ketika rasa dan kekaguman terhadap sosok tercinta (walau didasari kabar-kabar Hoax) sudah memenuhi relung hati. Lah kata orang kalau sudah cinta, tai kucing pun rasa coklat.

Saya sebenarnya tidak punya masalah dengan sikap para “warga Turki kaburan” disini yang memuja-muja Erdogan setinggi langit. Tapi yang jadi masalah adalah ketika pemujaan itu didasari cerita-cerita Hoax dan disertai penghinaan terhadap pemimpin negerinya sendiri. 

Setelah saya cermati beberapa tahun terakhir, saya bisa menyimpulkan bagaimana karakter para pemuja Erdogan. Biasanya mereka berasal dari kalangan religius awam geopolitik, pendamba cerita-cerita religius namun kurang nalar, gampang terpana dengan topeng agama dan amat sensitif dengan isu-isu SARA. Dan biasanya mereka berasal dari kalangan “Ikhwanul Muslimin Dadakan” alias para kader PKS pengidap penyakit Darurat Kecerdasan Literasi (Ini kata Presidennya sendiri lho di web resmi mereka http://www.pks.or.id/content/darurat-kecerdasan-literasi-bagi-kader-pks)

Mereka adalah kaum yang gemar menelan Hoax dan kabar-kabur “religiusitas” Turki dibawah Erdogan. Contoh: mereka begitu bersemangat menelan & menyebar Meme berisi gambar Erdogan dengan bubuhan kalimat di sampingnya “Erdogan ditanya bagaimana caranya bisa membawa Turki jadi urutan 6 GDP dunia, Erdogan menjawab “Saya mengubahnya dengan Iman & Taqwa”. Para kader disini langsung “klepek-klepek” tanpa ampun tanpa satupun yang berpikir untuk tabayyun benarkah Turki berada di urutan 6 GDP dunia?. Padahal saya cek sendiri dalam 5 tahun terakhir GDP Turki selalu di urutan 18 ke bawah (silakan cek data resmi http://statisticstimes.com/economy/countries-by-projected-gdp.php). Dengan ini harusnya jadi pertanyaan ini meme nyata apa ga sih? Dan ini baru satu contoh lho..

Segala isu suci digiring tentang sang idola, mulai dari isu ia adalah pemimpin muslim yang merupakan “Khalifah ideal umat Islam”, sampai pujian-pujian menggelikan bahwa Erdogan adalah “Musuh utama Israel dan Amerika”. Entahlah bagaimana di era informasi ini masih ada orang-orang yang memilih hidup dalam khayalan dustanya, padahal di era informasi ini BODOH ADALAH PILIHAN.

Ironisnya ketika mereka ditunjukan fakta-fakta bahwa Turki sejak 13 tahun Erdogan berkuasa adalah Sekuler, Turki adalah anggota NATO, Turki sejak dulu adalah satu-satunya negara muslim yang masuk TOP 10 Mitra Bisnis Israel, Turki membuka hubungan diplomatik dengan Zionis Israel, Turki memiliki Kedubes dan Konjen Israel di Ankara dan Istanbul, Israel juga memiliki Kedubes dan Konjen Turki di Tel Aviv dan Jerusalem, Kantor Partai Komunis Turki berdiri gagah di Istanbul, dan Pangkalan-pangkalan militer USA dan NATO bercokolan di Turki, ya tetap saja mereka memilih menutup telinga dan memilih hidup dalam ilusi mereka. (padahal semua bisa di-crosscheck dengan mudah)

Bahkan yang lucu di moment “kudeta” kemarin, para warga Turki kaburan disini juga menyebar isu bahwa dalang di balik kudeta militer adalah Syi’ah, padahal Erdogan sendiri menuduh Fethullah Gulen (ulama Ahlusunnah wal Jama’ah Turki) sebagai dalangnya. Para warga Turki kaburan ini juga menyebut USA dan Israel di belakang kudeta (lah kok berubah-ubah?), padahal di media-media internasional dan media besar dalam negeri dengan mudah bisa ditemukan berita Obama mengutuk keras aksi kudeta di Turki. Bahkan terakhir, saya baca langsung di Times of Israel bahwa Erdogan berterima kasih pada Israel karena berdiri bersama pemerintah Turki dalam menentang kudeta. Lah masa para warga Turki kaburan itu ga tahu? Mbok ya tu para kader sekali-sekali keluar dari goa..

Mereka terus-menerus hidup dalam ilusi karena sesama mereka pun betah hidup dalam ilusi yang sama. Bagi mereka Turki di bawah Erdogan adalah ciri negara islami yang menerapkan “syariat” secara kaffah. Lah apa mereka ga pernah sekali-kali nengok TV lihat drama-drama Turki yang beredar itu 99% Sekuler, mempertontonkan paha dan belahan dada wanita. 

Sebaliknya, pada kader disini langsung “klepek-klepek” begitu mendengar quote dari sang idola, “Dimana ada adzan berkumandang disitulah tanah airku”, mau bener atau Hoax urusan belakang yang penting terpana dulu. Atau quote Erdogan yang lain, “Kami muslim Turki berdiri bersama Palestina” disertai wajah Erdogan yang terenyuh penuh kesedihan. Aduh mak jang.. padahal bagi siapapun yang mau belajar geopolitik sedikit saja juga bakal tahu Turki itu selama puluhan tahun berdiri bersama Israel, dengan Kedubes, Konjen dan pangkalan militer Zionis yang bercokolan di negaranya dan saling menjalin bisnis ekspor emas hitam bernilai miliaran dollar (Banyak sekali buktinya, saya kasi contoh dari media Turki sendiri Hurriyet http://www.hurriyetdailynews.com/turkish-israeli-economic-trade-ties-expected-to-soar-after-deal.aspx?PageID=238&NID=100945&NewsCatID=345 dan rilis resmi PBBhttp://globaledge.msu.edu/countries/israel/tradestats).

Rasanya sedih sekaligus geli melihat para kader yang sangat militan dan berjiwa aktivis soal islam itu justru adalah kaum yang paling darurat kecerdasan literasi. Di satu sisi mereka mencibir dan menghina Presiden sendiri dengan menyebutnya sebagai antek asing, aseng, antek USA dan Zionis, padahal yang lebih layak disebut begitu adalah idolanya sendiri. Sejelek-jeleknya Jokowi, ia tidak pernah menjalin hubungan diplomatik dengan Israel, tak punya Kedubes dan Konjen Israel di negaranya, tak pernah membuka pangkalan militer USA di NKRI, dan tak pernah sekalipun berjabat tangan dengan pemimpin Zionis layaknya Erdogan. (Jadi siapa sebenarnya yang layak disebut antek asing?)

Fakta-fakta diingkari, berita-berita kredibel dicibir dan diteriaki fitnah & media sekuler. Ironisnya Hoax-hoax dan ilusi malah ditelan mentah-mentah. Di sisi lain mereka sangat mudah menerima kabar-kabar Hoax lucu tak jelas dari kelompoknya sendiri selama itu menyerang lawan-lawan mereka, dan disebarkan para militan dumay-nya lebih cepat dari kecepatan cahaya. Contohnya kabar 10 juta pekerja WN Cina sudah masuk Indonesia, PKI punya 15 juta anggota di Indonesia, sampai isu Pokemon artinya “saya yahudi”. Lucu kan? Banget!

Ya ga usah jauh-jauh lah, bukankah orang-orang semacam ini juga yang kemarin sangat gampang menelan Hoax-hoax religius seperti “Alhamdulillah Jackie Chan masuk islam”, “Alhamdulillah jutaan tentara Korea masuk islam”, “Astaghfirullah Syi’ah Indonesia sudah menyiapkan puluhan ribu pedang untuk memberontak di NKRI” (Lah hari ini memberontak masih pakai pedang?) dll. Semudah mereka menelan Hoax religius lalu ketik Amin, like dan share postingan-postingan Hoax religius di medsos sambil berharap surga. Hoax kok mengharap surga?

Ga heran orang-orang semacam ini yang hari ini paling gampang menelan segala Hoax religius tentang Erdogan. Khayalan mereka sudah terbang begitu tinggi tentang Erdogan sehingga mereka tidak siap jika ilusi mereka harus terhempas dengan keras di atas tanah. Mereka lupa bahwa ilusi mereka tentang sang idola belum tentu adalah sang idola itu sendiri. 

Ya satu-satunya cara menyelamatkan ilusi indah ini adalah dengan menutup telinga dan menyerang semua yang membuka kenyataan pahit tentang sang idola secara ad hominem. Ahh.. benar banget quote yang pernah saya baca dari seorang filsuf Jerman Friedrich Nietzsche, “Kebanyakan manusia tidak mau mendengarkan kebenaran, karena mereka tidak mau ilusi mereka hancur.”

Bener apa bener?
 

(Sumber: Status Facebook Ahmad Zainul Muttaqin) 

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed