by

Hubungan Megawati-Ahok Baik, Jungkirbalikkan Analisa Pakar

Oleh : Daniel HT

Di artikel saya yang berjudul “Ketika Tjipta Lesmana Merasa Lebih Tahu daripada Ahok dan Megawati”, saya menganalisa pernyataan-pernyataan Tjipta Lesmana, yang biasa disebut sebagai pakar komunikasi, saat berbicara tentang Ahok di acara “Indonesia Lawyers Club (ILC),” TV One, Selasa, 8 Maret 2016.

Pada kesempatan itu, sembari beberapakali mengingatkan Karni Ilyas bahwa dia adalah pakar komunikasi, dengan sangat yakin dia mengatakan sangat tahu seperti apa hubungan Ahok dengan Megawati, setelah Ahok memutuskan ikut “Teman Ahok” di jalur perorangan (independen) di Pilkada DKI 2017 mendatang.

Tjipta menilai dengan keputusannya itu Ahok telah berkhianat, tidak tahu balas budi, menjadi anak durhaka, di mata Megawati dan PDIP.

Menurut Tjipta, hubungan pribadi Ahok dengan Megawati yang semula begitu sangat bagus, langsung menjadi sangat buruk karena ulah pengkhianatan Ahok itu. Megawati sangat marah kepada Ahok, dan Ahok pun mulai menjaga jarak dengan Megawati. Saat keduanya duduk berdampingan di suatu acara, kata Tjipta, Ahok dengan sangat jelas sengaja memiringkan tubuhnya ke samping menjauhi Megawati. “Saya kan pakar komunikasi, jadi bisa menilai itu,” katanya ketika itu.

“Saya khusus menyoroti kenapa PDIP meninggalkan Ahok. Ibu Mega ini marah sekali, Bung Karni, karena Djarot itu salah satu kader kesayangan Ibu Megawati. Saya tahu persis. Djarot itu, dilepas sama Ahok, marah Bu Mega, apalagi, investasi yang ditanamkan sudah banyak sekali, 2013. Yes, Ahok ini dianggap (oleh Bu Mega), maaf, kurang ajar, tidak tahu balas budi,” demikian antara lain yang dikatakan Tjipta Lesmana di acara ILC itu.

Penghakiman dengan memburuk-buruk seburuknya Ahok oleh Tjipta Lesmana itu membuat saya bingung, apakah benar saya sedang mendengar seorang pengamat, pakar komunikasi yang sedang berbicara itu – yang seharusnya kritis-obyektif, bukan menghakimi –, ataukah sedang mendengar seorang yang sedang mengumbar rasa dendam kesumatnya terhadap Ahok, sebab apa yang dinyatakan dengan gaya seyakin-yakinnya itu, ternyata tidak benar semua.

Pada hari yang sama dengan hari penghakiman oleh Tjipta Lesmana terhadap Ahok itu, Ahok malah telah bertemu dengan Megawati di rumahnya, kedua tokoh itu bertemu untuk berbicara tentang perbedaan -perbedaan sikap mereka terkait Pilkada DKI 2017. Tetapi pembicaraan itu berlangsung akrab. Buktinya, sebagai tuan rumah, Megawati malah menjamu Ahok dengan makan bakso bersama.

Wakil Sekjen DPP PDIP, Erico Sotarduga juga memberi kesaksian bahwa hubungan Ahok dengan Megawati tetap tidak berubah, setelah Ahok memutuskan ikut jalur independen. Tetap sangat harmonis, bahkan kata dia, hubungan kedua tokoh itu, seperti hubungan ibu dengan anaknya saja. Enrico ikut hadir dalam pertemuan Ahok dengan Megawati itu.

Pembuktian bahwa hubungan Ahok dengan Megawati itu tetap baik-baik saja, kembali terjadi lagi, di saat acara peluncuran buku Megawati, yang berjudul Megawati dalam Catatan Wartawan: Menangis & Tertawa Bersama Rakyat, di Gedung Arsip Nasional, Jakarta Pusat, Rabu (23/3/2016) malam.

Ketika Ahok diundang di acara itu saja sudah merupakan bukti bahwa hubungan dia dengan Megawati, maupun dengan PDIP tetap baik-baik saja. Meskipun di dalam kata sambutannya beberapakali Mega menyindir Ahok, seperti merasa heran, kok Ahok datang juga, dan mengatakan Ahok harus jantan, tetapi itu semua disampaikan dalam dana bergurau. Buktinya Mega tertawa saat menyampaikan sindiran-sindirannya itu.

Ahok yang datang agak terlambat, disambut dan berjabat tangan dengan Megawati, Puan Maharani, Pramono Anung, dan Hasto Kritiyanto, dan Wakil Gubernur DKI Djarot Saiful Hidayat. Tempat duduk Ahok juga satu meja dengan Hasto Kritiyanto, Sekjen PDIP, dan petinggi PDIP lainnya Andreas Hugo Pareira. Meja mereka persis bersebelahan dengan meja Megawati dan Puan Maharani.

Megawati mengatakan, dia tahu bahwa selama ini kerap di-bully karena isu terkait Ahok. Dia sendiri heran karena adanya fenomena itu. Sebab, dia yakin tak banyak yang tahu tentang bagaimana seorang Megawati dan PDIP sebenarnya. Namun, kerap memaksakan diri mem-bully dirinya.

“Saya kalau marah, sering bilang, yang jantan, dong. Saya kerap bingung melanjutkan (kata-katanya). Pak Ahok saya bingung, yang jantan dong,” kata Megawati sambil tertawa.

Meskipun disampaikan dengan gaya bergurau, pesan dari Megawati kepada publik itu jelas bahwa meskipun Ahok sudah memutuskan ikut jalur independen, hubungan dia dengan Megawati/PDIP tetap baik-baik saja. Jika pun kelak seandainya saja kedua belah pihak harus bertarung sebagai lawan di Pilkada 2017, maka itu akan berlangsung secara sportif.

Saat tiba acara pembagian bukunya kepada 10 orang yang dianggap paling dekat dengannya, Megawati memilih Ahok sebagai orang pertama penerima buku tersebut langsung darinya.

Saat Ahok sedang berjalan naik panggung untuk menerima langsung buku itu dari tangan Megawati, sambutan riuh-rendah dan tepuk tangan membahana pun terdengar dari para kader PDIP mengiringi langkah Ahok. Sampai saat ketika Megawati menyerahkan bukunya itu kepada Ahok, dan keduanya berjabat tangan, sambutan meriah itu terus terdengar. Keduanya tersenyum, memberi kesempatan kepada wartawan mengabadikan momen tersebut.

 Momen itu juga mengingatkan publik kembali ke acara HUT Megawati, 23 januari 2016 lalu, di kediaman Mega di Teuku Umar, Menteng, jakarta Pusat. Ketika itu, Ahok juga menjadi orang pertama yang menerima potongan tumpeng dari Megawati.

Apa yang terjadi antara Megawati dengan Ahok di acara peluncuran buku Megawati itu, mengjungkirbalikkan semua analisa Tjipta Lesmana tentang hubungan antara Megawati dengan Ahok, sebagaimana disebutkan di atas.

Di acara ILC, TV One itu, Tjipta juga mengatakan, ia yakin seyakin-yakinnya, Ahok “si anak durhaka” itu akan dikalahkan Yusril Ihza Mahendra secara telak. Ahok akan “klepek-klepek” dikalahkan Yusril secara telak, katanya. Tetapi, semua itu baru merupakan analisa seorang yang mengaku sebagai seorang pakar komunikasi, yang justru sekarang terbukti bahwa semua analisa dia tentang hubungan Ahok dengan Megawati itu salah total.

 Sebenarnya, yang terjadi itu adalah Tjipta Lesmana (dan kawan-kawannya)-lah yang mengharapkan hubungan Ahok dengan Megawati itu menjadi sangat buruk, keduanya diharapkan bermusuhan dengan hebat, supaya Ahok bisa dihancurkan. Saking mengharapkan demikian, Tjipta pun sampai seperti berhalusinasi, mengira harapannya itu adalah kenyataan, maka itulah dia bicara seperti itu di ILC, TV One.

Saat menyaksikan bahwa ternyata hubungan Ahok dengan Megawati tetap baik-baik saja, seperti yang tercermin dari acara peluncuran buku Megawati itu, bisa jadi Tjipta Lesmana (dan kawan-kawannya) yang justru sudah mengalami “klepek-klepek,” kecewa super berat bercampur frustrasi kelas super, karena apa yang diharapkan itu tidak terjadi. Sebaliknya, atas sikap Megawati dan sambutan para kader PDIP itu, bukan tak mungkin nanti pada akhirnya PDIP pun memutuskan ikut mendukung Ahok maju di Pilkada DKI 2017. Jika itu yang terjadi akan semakin banyak kawan-kawan Tjipta Lesmana, termasuk yang di Kompasiana ini, yang “klepek-klepek”. **(ak)

Sumber tulisan:kompasiana.com

Sumber foto :topunikpost.info

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed