by

Hoax Merusak Demokrasi

Hoaks sendiri bukan masalah baru yang viral setahun belakangan ini, apalagi ketika mendekati tahun-tahun politik. Menurut Quraish Shihab dalam karyanya Tafsir al-Misbah menjelaskan bahwa dalam Islam hoaks sudah muncul pada zaman Nabi. Ketika itu Siti Aisyah kehilangan kalungnya dan mencarinya pada saat pulang bersama pasukan ke Madinah. Namun ia mendapati rombongan pasukan tersebut telah meninggalkannya. Kemudian ia tertidur dan ditemukan oleh Sahabat bernama Shafwan Ibn al-Mu’aththilah dan diantarkan pulang menyusul para rombongan pasukan.

Akan tetapi salah seorang tokoh munafik Abdullah Ibn Ubayy Ibn Salul memutarbalikan fakta dengan menuduh Siti Aisyah menjalin hubungan dengan Shafwan.  Lalu turunlah surat An-Nur ayat 11. .Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu juga. Janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu buruk bagi kamu bahkan ia adalah baik bagi kamu. Tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya. Dan siapa di antara mereka yang mengambil bahagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu baginya azab yang besar.”

Dalam Alquran kata hoaks dikenal dengan al-ifk terambil dari kata al-afku yaitu keterbalikan. Namun dapat diartikan dengan kebohongan besar seperti pemutarbalikan fakta. Lebih lanjut Alquran juga mengancam keras terhadap penyebar hoaks seperti yang dijelaskan pada ayat selanjutnya yaitu ayat 14 dan 15 dalam surat An- Nur. Dalam ayat tersebut Allah menjelaskan tidak akan menurunkan rahmat-Nya kepada para penyebar hoaks. Bahkan azab yang besar sudah disiapkan bagi pelaku penyebaran hoaks.

Menyikapi Hoaks

Setiap menerima berita hendaklah terlebih dahulu melakukan klarifikasi kebenaran berita yang diterima. Bahkan dalam Islam ada istilah Tabayyun. Tabayyun sendiri memiliki arti tidak tergesa-gesa dalam menerima suatu berita. Memeriksa secara teliti sumber berita yang didapat. Hal ini perlu dilakukan agar dapat meminimalkan penyebaran berita hoaks yang kita terima.

Menurut Lutfhi Maulana dalam jurnal ilmiah Kitab Suci dan Hoax: Pandangan Al-Qur’an Dalam Menyikapi Berita Bohong dalam kesimpulannya bahwa Alquran menyuruh umat Islam melakukan Tabayyun. Bahkan klarifikasi juga ditunjukkan kepada pemuka agama agar dapat mengawal datangnya berita-berita yang diterima oleh masyarakat..

Selain itu, pentingnya setiap orang untuk belajar etika jurnalisme itu sendiri. Yang mana untu membagikan sebuah informasi kekhalayak umum harus melalui pertimbangan dan verifikasi informasi. Jangan sampai kita yang semula ingin memberikan informasi kepada masyarakat malah ikut terlibat menyebarkan konten berita hoaks.

Namun perlu juga digaris bawahi kepada orang yang membuat berita hoaks itu sendiri. Perlu adanya tindakan lebih cepat dari kepolisian dan sanksi yang keras diberikan kepada orang yang membuat konten berita bohong. Karena hal ini apabila tidak diantisipasi justru dapat menimbulkan keresahan dimata masyarakat. Yang mana teknologi semula untuk mempermudah manusia namun disalah artikan oleh segelintir orang.

Lebih lanjut belakangan ini muncul media-media yang dipertanyakan kredibelitas sebuah media itu sendiri. Tak ayal media yang seperti juga turut memperkeruh suasana di masyarakat. Bahkan alamat redaksi yang wajib dicantumkan oleh sebuah perusahaan media tak ada. Hal ini jelas bahwa media yang semacam ini  bukan mengedepankan etika jurnalisme. Untuk itu semua lapisan masyarakat baik pemerintah harus terlibat dalam memerangin berita hoaks. Dan memberikan pendidikan jurnalisme kepada semua masyarakat.

Sumber : geotimes

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed