by

Hoax Hoex Tanda Tak Mampu

 

AR menyebut malaikat turun tangan. Tapi jangan tanyakan siapa nama malaikat itu, apalagi minta CP-nya untuk konfirmasi. Kalau AR punya hotline, tapi tak mau bagi-bagi, itu tanda bukan hanya pelit melainkan juga pening.

Hal yang sama sebagaimana Buni Yani, pasti juga takkan mau menjelaskan, bagaimana para jaksa dan hakim, juga Kejari, masuk neraka, karena menyebabkannya nyemplung penjara. Pokokmen, yang tak disukai, apalagi dianggap menciderai, autoneraka. Kalau yang ndukung, dan mbayar? Autosurga.

Meski Mbah Maimun saat itu telah mengklarifikasi kesalahan, dan “merevisi” doanya, di dumay takkan mudah dihentikan. Apalagi postingan berbahan video, gampang dibiaskan. Lihat bagaimana dulu kasus Ahok atau BTP dengan Surat Al Maidah.

Video Menkominfo tentang ‘siapa yang menggaji ASN’, aselinya jelas Menteri Rudiantara proporsional, agar ASN netral karena yang menggaji ASN adalah negara. ASN-nya justeru melanggar aturan karena partisan, sebagaimana tiga dokter ASN di Kalimantan berfoto dengan baju kerja plus atribut kampanye.

Foto Jusuf Kalla tahun 2018, ketika Prabowo-Sandi minta nasihat sebagai bacapres, diposting ulang beberapa hari lalu, dengan mengubah caption seolah kejadiannya baru-baru saja, dan menyatakan JK mendukung capres itu.

Semua sebenarnya gampang diklarifikasi. Atau bahkan dicounter sebagaimana data yang sering disampaikan kubu Prabowo-Sandiaga lebih banyak ngawur. Tapi segala macam klarifikasi seolah tak mempan. Jangankan yang gerung (dungu), lha wong doktor saja bisa ketipu soal kerusuhan Morowali yang digoreng tukang batagor!

Yang dilakukan Kemenkeu mengcounter pemelintiran data dan hoax, relatif efektif. Jokowi sendiri dulu pernah mengatakan, jika diajak berantem, layani! Sejak deklarasi dukungan Alumni UI bulan lalu, Jokowi lebih menyerang. Juga ketika debat capres pertama. Dan Prabowo keder.

Hingga akhirnya Reza Patria dari Gerindra ngomong, Jokowi fokus kerja saja, nggak usah nyindir-nyindir. Padahal, dulu mereka nyindir ‘kerja-kerja-kerja mulu karena (Jokowi) nggak bisa mikir’. Buktinya, siapa yang nggak bisa mikir? Cak Lontong?

Hoax-hoex bukan karena mual, tapi karena karakternya. The truest characters of ignorance are vanity and pride and arrogance, kata penyair Samuel Butler. Karakter paling nyata dari kebodohan adalah kesombongan dan kebanggaan pada kecongkakan.

 

(Sumber: Facebook Sunardian Wirodhono)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed