Oleh : Mamang Haerudin
Ramai lagi. Kali ini pelakunya bernama Muhammad Kace. Ia konon YouTuber yang berpindah agama dan pernah dibaptis. Ia menyemburatkan kontroversi. Ramai-ramai ia pun dikecam dan dihujat warganet. Tak kurang dari MUI dan PBNU pun telah melayangkan kecaman. Bukan kali pertama sebetulnya, kita dibuat kecoh begini. Saya sendiri sebetulnya tidak mau ambil pusing, lebih kepada akan berusaha menggali hikmah apa yang bisa didapat dari peristiwa ini? Malah bisa jadi, kejadian serupa akan kembali terulang pada esok hari.
Pelakunya tentu orang yang justru pada mengaku beragama. Sehingga atas kejadian ini paling tidak hikmahnya adalah pertama, bahwa kita harus lebih berhati-hati lagi dalam bermedia sosial. Apa yang kita yakini kebenarannya saja, belum tentu benar bagi orang lain. Dan perlu diingat, bahwa menyampaikan kebenaran, harus dengan cara-cara yang benar pula. Harus steril dari sikap merendahkan agama atau ajaran agama lain.
Apa pun agama itu, yang dianggap resmi maupun tidak, yang mayoritas maupun minoritas. Salah satu indikator bahwa agama itu mendamaikan adalah dalam menyampaikan ajaran agama agar tidak menimbulkan kekacauan. Harus dibedakan mana yang masuk dalam ranah perbedaan pemikiran agama dengan merendahkan agama lain dengan cara mengunggulkan agamanya sendiri. Silakan menganggap bahwa agamanya yang paling benar, tetapi jangan sampai tega merendahkan ajaran agama lain.
Kedua, sebagai umat agama yang juga dituntun agar berakhlak baik dan bersikap damai, kita tidak perlu reaktif dan apalagi mencaci-maki orang yang merendahkan agama kita. Marah itu ketegasan, tidak perlu disampaikan dengan kerasnya lisan maupun perbuatan. Apalagi kita hidup di Negara hukum. Sehingga hidup kita akan lebih fokus pada perbaikan akhlak diri dan perubahan sosial. Tidak perlu kita buang-buang energi untuk meladeni orang yang merendahkan agama tertentu. Biarkan hukum yang bertindak, cukup kita doakan, semoga suatu saat Allah beri ia hidayah. Wallaahu a’lamMamang M Haerudin (Aa)
Comment