by

Hikayat Habib VS Lonte

Saat ini pemaknaan bahasa mengalami silang sengkarut. Tidak ada lagi etika bertutur kata yang seharusnya. Sebagai contoh, seorang penceramah agama yang oleh pendukungnya disebut ustadz atau bahkan Habib, dengan fasih menghina seorang perempuan dengan kata-kata “Lonthe” berkali-kali. Ujaran tidak pantas ini anehnya mendapat aplaus riuh para pendukungnya. Mereka tidak peduli junjungannya sedang merajalela menghina seorang perempuan yang seharusnya dimuliakan. Mereka, kaum pekok berjamaah ini lupa, bahwa ibu mereka perempuan, istrinya pun perempuan dan mungkin anaknya juga perempuan.

Yang lebih aneh lagi, para perempuan pemuja sang penceramah agama juga tepuk tangan riuh. Mereka tidak peduli kaumnya sedang diperhinakan oleh sang junjungan. Ini fenomena sakitnya masyarakat yang kehilangan nurani dan akal sehat. Mereka tidak lagi punya hati dan kesadaran diri bahwa mereka sedang disesatkan. Ini PR besar bangsa ini yang terpapar pandemi penyesatan iman.

Habib versus Lonthe. Ini bukan tentang Mohammad Rizieq Shihab versus Nikita Mirzani. Karena bagi saya keduanya tidak pantas menyandang gelar itu. Yang satu tidak mempunyai kualifikasi untuk menyandang gelar se-terhormat itu dan yang satu lagi tidak pantas disebut dengan kata sekasar itu.

Pertanyaannya, sampai kapan ruang publik dikotori dengan pertunjukan dagelan konyol yang sangat tidak menyehatkan seperti itu? Saya tidak tahu. Yang jelas selama sebagian masyarakat dan negara melakukan pembiaran orang- orang kasar berkoar-koar di atas mimbar, fenomena memuakkan ini akan terus terjadi dan merajalela.

Kini tinggal bagian kita, masyarakat akal sehat yang pingin muntah melihat kelakuan mereka di depan mata. Kita tunggu saja langkah Presiden Jokowi memainkan bidak caturnya, siapa tahu masih ada bidak yang tersisa. Semoga…

Salam Akal Sehat

Sumber : Status Facebook Rudi S Kamri

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed