by

Hijab

 

Memakai hijab itu sama dengan kita memakai Pakaian biasa. Pakaian adalah produk sekuler karena buatan manusia, pakaian produk kebudayaan made in manusia, manusia lah yang membuat pakaian itu menjadi “BERAGAMA”. Dalam Islam tradisi berpakaian untuk perempuan bermacam macam ada hijab, niqab, burqa, dan khimar.

Tradisi berhijab sudah ada sebelum munculnya agama Ibrahim, masyarakat Arab pada mulanya tidak mengenal tradisi hijab. Kebudayaan Byzantium dan Persi yang memperkenalkan budaya hijab ke masyarakat Arab
Menutup aurat bagi perempuan sudah dipraktekkan jauh sebelum Islam lahir pada abad ke-7 M, penggunaan hijab dalam Yahudi maupun Kristen adalah simbol kesederhanan dan kepantasan tentunya bukan milik kaum Muslim saja.

Dalam Islam sendiri tidak ada kesepakatan tunggal di kalangan ulama tentang kewajiban berhijab untuk perempuan Muslimah. Ada yang mengharuskan, ada yang membolehkan, ada pula yang tidak mewajibkan. Meskipun ada yang berpendapat bahwa perintah mengenakan hijab bagi perempuan itu diambil dari sejumlah ayat dalam Al-Qur’an.

Walaupun begitu, berhijab itu dimaksudkan untuk menutup aurat dan penutupan aurat itu bisa dilakukan dengan jenis pakaian apa saja. Bisa dengan jeans, baju, kemben, dan lainnya.

Adakah hubungannya antara hijab dengan hidayah dan kesalehan? jelas tidak ada..

Hidayah tidak ada sangkut pautnya dengan busana. Hidayah itu urusannya dengan hati, bukan karena sehelai pakaian, begitu juga kesalehan, kesalehan itu di perbuatan bukan di pakaian, banyak perempuan yang berhijab merasa diri lebih baik, lebih saleh, lebih alim ketimbang mereka yang tidak berhijab tanpa mereka sadari mereka sedang mempermalukan dirinya di hadapan Tuhan karena merasa lebih baik dan lebih suci dari manusia lainnya hanya karena sehelai pakaian.

Bagi saya, yang lebih penting dihijabi itu akhlak dan moral bukan cuma sekedar aurat!

Hijab yang baik adalah “Akal” dan “Akhlaq” yang sempurna, baik dari Hati, lisan dan sikap. Bukan sekedar tampilan secara fisik.

Hijab itu hanya bungkus tidak mengandung arti kebaikan apapun jika jiwa pemakainya tidak diisi dengan kebaikan dan kebenaran secara prinsip keIslaman.

Bagi yang tidak berhijab, jangan menuduh pula perempuan berhijab sebagai sok islami, karena banyak juga perempuan yang berhijab dengan niatan tulus ingin mengikuti penafsiran ulama. Begitu pula sebaliknya, perempuan yang berhijab jangan berprasangka buruk dan menuduh perempuan yang tidak berhijab sebagai perempuan tidak baik.

Mengartikan hijab tidak bisa hanya dengan membaca beberapa dalil dari Al-Qur’an atau Hadis tapi miskin wawasan kesejarahan dan perangkat ilmu sosial, tetapi harus juga menguasai sejarah.

Beragama itu harus melihat konteks, Segala sesuatu ada konteksnya dan setiap dalil ada sejarahnya. Begitu pula risalah tentang hijab ada sejarah dan konteksnya.

Pesan saya, belajarlah menanggapi segala sesuatu itu dengan pandangan yang luas bukan dengan kacamata pembenci. Jadilah elang dan buka lah akal seluas luasnya sehingga terbuka wawasan, jika wawasan terbuka maka hati akan terang benderang..

(Sumber: Facebook Aldira Maharani)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed