by

Haters Lejitkan Basuki Tjahaja Purnama

Oleh : Pendeta Sederhana

Jika anda pengemar berat tinju, berusia setidaknya 20 tahun, pastilah bisa menebak apa yang terjadi pada gambar di atas. Itulah yang terjadi dalam tanding ulang antara Tyson vs Holyfield di Las Vegas, 28 Juni 1997. Rematch ini dilakukan setelah Tyson kalah TKO melawan Holyfield November 1996. Dalam pertarungan waktu itu Tyson terlihat frustrasi dengan kelihaian dan gaya bertinju yang dimainkan Holyfield. Lalu, niat tidak baik pun timbul di benak Tyson, bagaimana membalaskan sakit hatinya kepada Holyfield. Jika melakukannya dengan cara sportif, dia sudah merasa tidak mampu. Tyson sudah bermental kalah duluan sebelum pertandingan usai. Memasuki ronde ke tiga, ia pun melancarkan niat jahatnya dengan sengaja tidak menggunakan karet pelindung gigi. Ia sudah meniatkan di dalam hatinya untuk menggigit Holyfield, dan saat clinch, niat itu pun dilampiaskannya hingga Holyfield mendorong Tyson sambil berteriak kesakitan, daun telinga kanannya mengucurkan darah setelah digigit oleh Tyson.

Selalu ada alasan bagi para pecundang untuk melakukan apa yang seharusnya dilarang, padahal sangat jelas dalam pertandingan tinju, gigi tidak boleh digunakan menghajar lawan. Namun bagi Tyson yang frustrasi dan emosi karena merasa bakal kalah untuk kedua kalinya, akhirnya nekat dan menghalalkan segala cara guna melampiaskan kebenciannya. Dan juga, tidak bisanya ia menerima kenyataan harus kalah menyakitkan dua kali berturut-turut. Demikian juga menjelang Pligub DKI 2017, kelihatannya Haters sudah berhitung bahwa jagoannya bakal kalah lagi melawan Ahok. Padahal pertandingan belum dimulai, dan mereka juga sebenarnya belum atau tidak tahu siapa yang akan mereka jagokan untuk berhadapan dengan Ahok.

Waktu yang ada juga masih lebih dari cukup, guna mempromosikan jagoan masing-masing dengan program-program yang memikat hati warga. Namun bukan itu yang mereka lakukan, mereka justru fokus menyoroti kesalahan dan kekurangan Ahok, petahana yang berencana akan naik ring guna mempertahankan gelarnya sebagai Gubernur Ibukota. Kesalahan dan kekurangan itu pun kemudian dibingkai dalam satu gerakan, yang dinamakan “Asal Bukan Ahok”. Sudah pasti mereka membumbuinya terlebih dahulu supaya menimbulkan aroma yang bisa memancing massa. Begitulah mental losers, merasa kalah sebelum bertanding. Justru mereka bertanding diluar ring, sebelum pertandingan dimulai.

Mereka menggunakan kayu, pentungan, batu, apa saja yang mereka anggap bisa membuat mereka menang. Menang tanpa bertanding tentunya. Tidak ada istilah sportif dalam kamusnya losers, yang penting harus menang. Dan sosok Ahok, yang tidak mereka sukai, yang dianggapnya bakal menang, terus “dipaksa” agar tidak ikut masuk ke gelanggang, apapun caranya. Di benak mereka, seakan sudah tergambar kekalahan, jika Ahok ikut bertanding.

Padahal sosok yang hendak mereka jagokan guna menantang Ahok sampai sekarang pun masih belum ada. Memang ada beberapa sosok yang mengajukan diri untuk menjadi penantang Ahok, namun dari sekian banyak calon yang ngebet maju, Haters justru tidak ada niat untuk mempromosikan mereka, baik dengan menulis iklan positif tentang mereka, maupun menayangkan program-program yang kelak akan mereka lakukan. Justru mereka dengan gencar dan tak henti-hentinya menelanjangi kekurangan Ahok yang terus mereka cari hingga ke kampung nenek moyangnya.

Setidaknya ada dua kelompok dari mereka yang membenci Ahok: New Haters, yakni mereka yang kecewa terhadap Ahok karena kebijakan Ahok setelah menjadi gubernur tidak seperti yang mereka harapkan. Umumnya golongan haters masih tergolong baru, dan sangat bisa berubah menjadi Ahokers bila kepentingannya diakomodir. Kelompok Haters lainnya adalah mereka yang sudah menjadi Haters sebelum Ahok menjadi gubernur. Bayangkan! Mereka sudah mengidap hatred sejak tahun 2012 dan sampai sekarang belum sembuh, bahkan cenderung semakin menjadi- jadi. Mereka berusaha mempengaruhi orang lain untuk menjadi Haters.

Golongan ini memang agak sulit disembuhkan, bahkan pada level tertentu, ada yang tidak bisa disembuhkan. Bukan tidak bisa sebenarnya, tetapi mereka tidak mau, dan memilih menjadi Haters sampai mereka atau sosok yang mereka benci dipanggil pulang. Yang mendorong Haters melakukan tindakan yang tidak sportif dan anarkis adalah dikarenakan mereka tidak siap, tidak mau, dan tidak terima jika sosok yang mereka benci dan tidak suka akan menang. Kemenangan petahana adalah bencana bagi mereka, karena untuk lima tahun kedepan mereka akan kembali tersiksa oleh perasaan benci dan tidak suka. Namun sayangnya, apa yang mereka lakukan justru keliru.

Di saat kesempatan masih ada dan tersedia bagi mereka untuk mengelus, memoles, mempromosikan, jagoannya sebagai penantang Ahok, justru mereka tidak melakukannya. Mereka justru melakukan kesalahan besar dengan menzholimi petahana, yang berimbas pada mengalirnya simpati masyarakat kepada yang bersangkutan karena telah dizholimi. Jika Haters tidak segera move on, maka bisa dipastikan sampai kapan pun mereka tidak akan pernah bisa mengalahkan Ahok, karena justru mereka sendirilah yang sebenarnya gencar mempromosikan Ahok sampai lupa melakukan hal yang sama untuk calon yang mereka jagokan.

Kompasiana
 

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed