by

Hal Kecil Dibesarkan, Simpati Saya Seorang Muslim untuk Meiliana

Delapan orang ditangkap dan diadili sebagai pelaku kerusuhan. Kita tercengang karena mereka yang rasis dan beringas dihukum sangat ringan.Rata-rata hanya satu setengah bulan hingga mereka langsung bebas tanpa dipenjara.

Rupanya para pencari surga itu lengkap dengan lembaganya tidak puas jika perempuan Cinak itu tidak dipenjara. MUI setempat menuding dia yang selama bertahun-tahun terganggu oleh suara bising ekstra keras dimasjid tetangganya, sebagai penista agama.

Gelar ini segera ditangkap oleh para penjual Islam untuk.menekan jajaran pemerintah, kejaksaan bahkan pengadilan. Hasilnya Meliana divonis satu setengah tahun atau 10 kali lebih berat dari para perusuh.

Air mata kita menetes menyaksikan ketidak adilan ini. Kerasnya loudspeaker dan protes dari wanita itu adalah masalah remeh temeh. Kecil. Yang bisa diselesaikan secara baik-baik. Namun sumbu pendek penghuni masjid -rumah Allah- menjadikan masalah ini membesar karena nafsu angkara yang rupanya tidak sirna meski ratusan kali bersujud memohon ridho dan ampunanNya.

Air mata kita menetes karena Meliana menghadapi cobaan sendirian. Bahkan kalangan Konghucu di daerahnya sempat meminta agar dia dan keluarganya diusir tanpa perduli Tanjang Balai adalah tempat mencari kehidupan Ibu Meliana.

Kenyataan ini sungguh membuat kita yang selalu mengedepankan welas asih bagaikan berada di ujung jurang ketidakpastian. Sementara para politisi sibuk menggoreng isu murahan tapi masalah besar intoleransi akut tidak menjadi perhatian.

Oh ya, kami tidak heran. Islam sedang jadi dagangan. Jadi, tidak apa Meliana jadi korban bukan?

Simpati saya, seorang Muslim, untuk ibu Meliana

Sumber : facebook Budi Setiawan

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed