by

Habib Rizieq dan Kegagalan Menjadi Imam Besar

Menanggapi kasus tersebut, pengikut Habib Rizieq sampai saat ini belum menerima, dengan dalih mereka tidak percaya imam besarnya melakukan tindakan tersebut. Sebagai bentuk protes, Ketua Presidium Alumni 212 Ansufri Idrus Sambo, mengatakan penetapan Rizieq sebagai tersangka merupakan upaya pemerintah mengkriminalisasi para ulama dan aktivis Islam.

Ia berupaya akan melawan secara konstitusional dan ia menilai pemerintah melakulan politik balas dendam terhadap pimpinan Front Pembela Islam yang berperan menjebloskan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok ke penjara. Bahkan mereka mengklaim Presiden Joko Widodo dianggap mengambil sikap berhadap-hadapan dengan ulama dan aktivis Islam (Tempo.co, 31/5/17).

Pertanyaannya sekarang. Apakah termasuk kriminalisasi kalau kasus tersebut adalah fakta? Pertanyaan ini harus diurai secara konprehensif dan berdasar pada data yang ada saat ini. Baik yang beredar di media online, maupun media cetak. Agar tidak menimbulkan kontraproduktif dengan prinsip-prinsip dasar ketatanegaraan kita. Sebab, kalau itu fakta dan masih ada perlawanan dari pengikut Rezieq inilah yang dinamakan gerakan sublimasi, yakni sebuah taktik dan strategi untuk mengalihkan mata publik dari sesuatu yang sesungguhnya menuju sesutu yang semu, palsu, dan menipu. Bentuk perlawanan semacam ini merupakan gerakan yang tak beradab dan tidak pantas dilakukan oleh siapapun apalagi Ormas Islam Front Pembela Islam (FPI).

Terlepas benar atau tidak, kasus chat mesum pornografi tersebut. Yang tidak kalah signifikannya harus kita sadari, bahwa siapapun manusia tidak akan pernah lepas dari salah dan dosa, karena itu sudah menjadi tabiat manusia. Manusia dibekali nafsu, akal, dan hati nurani.

Berbeda, dengan Malaikat, dan Syaitan. Sebagaimana dinyatakan oleh K.H. A. Mustofa Bisri Pengasuh Pondok Pesantren Rembang “Malaikat tak pernah salah, Syaitan tak pernah benar, dan manusia bisa salah dan bisa benar”. Perihal tersebut juga sudah diajarkan dalam rukun iman yang ke-6 bahwa iman yang terakhir yang sangat krusial: percaya kepada takdir Allah yang baik dan yang buruk (khairihi wa syarihi) dan itu harus kita imani.

Artinya, siapapun manusia ia tidak terlepas dari salah dan dosa. Bahkan Rasulullah sendiri mengatakan “setiap anak Adam akan melakukan kesalahan dan sebaik-sebaik orang yang melakukan kesalahan adalah orang-orang yang melakukan taubat”. Selain itu, Nabi juga pernah mengingatkan; “jangan sampai kecintaan seseorang kepada sesuatu melebihi cintanya kepada Allah,” karena salah satu dampaknya ia sulit menerima kenyataan yang sesungguhnya. Begitupun para pengikut Rizieq jangan sampai kecintaan terhadap Rizieq melibihi cintanya kepada Allah karena kecintaan yang berlebihan kepada selain Allah akan berakibat fatal terhadap keberislaman kita.

Habib Rizieq Dan Kegagalan Menjadi Imam Besar

Ditetapkannya Habib Rizieq sebagai tersangka dalam kasus yang hina tersebut, tentunya menjadi pukulan yang sangat keras bagi Habib Rizieq dan pengikutnya. Dan Rizieq sudah gagal menjadi imam besar sebab imam besar ucapan dan perilakunya harus mencerminkan nilai-nilai keislaman sebagaimana diajarkan oleh baginda Rasulullah SAW. Begitupun ucapan dan perilakunya selalu menjadi pedoman dan uswah bagi pengikutnya. Karena kasus tersebut. ia sudah tidak layak dijadikan tauladan apalagi menjadi imam besar.

Oleh karena itu, menyikapi persoalan tersebut sudah saatnya kita menyandarkan ucapan dan sikap kita kepada pesan Nabi:  “katakanlah yang benar meskipun itu pahit” (kulil haqqu walau kana murran). Kalau pesan ini bisa kita aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, saya yakin persoalan apapun akan bisa teratasi secara baik, pun kasus yang menimpa Rizieq saat ini.

Polisi harus melaksanakan tugas secara adil dan bijaksana. Begitupun para pengikut Habib Rizieq harus melakukan pembelaan sesuai dengan data dan fakta secara akuntabel dan menghindari kaca mata kuda. Karena sekali lagi, siapapun yang melakukan tindakan amoral apalagi tindakan pornografi yang menjijikan dan tak beradab sangat tidak layak menyandang gelar imam besar.**

Sumber : geotimes

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed