by

Gus Sholah

Hubungan dengan kaum nasionalis harus tetap erat. NU sangat tahu kenapa harus muncul istilah santri dan abangan. Abangan dinisbatkan kepada nama Syeikh Lemah Abang atau Syeikh Siti Jenar yang walau kisah hidupnya dihujat tetap melekat dihati rakyat kecil Nusantara. Dan NU juga perlu menjaga hubungan dengan TNI, karena pada saat perang kemerdekaan di 10 November Surabaya peperangan dikendalikan langsung oleh NU. Tentara kita saat itu belum berumur sebulan.

Dalam kiprahnya Gus Sholah lebih banyak melakukan gerakan sunyi. Ia seorang insinyur yang tahu persis bagaimana membuat urutan. Ia tak menggebu-gebu. Ia tampak datar mengikuti perkembangan sementara pemikiran umat. Dalam hal ini ia kebalikan dari model Gus Dur yang melompat melampaui era.

Gus Sholah bisa seperti berada di kanan, di waktu yang sama ia tetap Nahdliyin sejati. Ketika Gus Dur di Forum Demokrasi Gus Sholah bersedia mendampingi BJ Habinie di ICMI. Gus Sholah nyaman-nyaman saja ketika harus berada di bawah bayang-bayang nama besar abangnya : Gus Dur.

Ke-insinyuran Gus Sholah bagian tak terpisahkan dari isyarat kakek dan dan ayahandanya bahwa, kaum Nahdliyin harus maju dengan menekuni ilmu di segala bidang tanpa harus kehilangan identitas dan tradisinya. Ada dokter Umar Wahid.

Sang Penyeimbang itu telah pergi. Kita dalam kehilangan besar Tokoh Nasional yang sejuk. Banyak hikmat bisa diambil dari sosok Ir Shalahudin Wahid ini.

Semoga Allah memberi maghfirah. Menerima semua amal baiknya. Memaafkan keluputannya. Teruntuk perjalanan jiwanya mari kita hadiahkan bacaan Alfatihah sinareng sholawat.

(sebuah memori)

Sumber : Status Facebook Abdul Munib

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed