by

Golkar Tidak Punya ‘Kemaluan’

Oleh : Pepih Nugraha

Salah satu syarat berpolitik yang maknyus di Indonesia adalah dengan tidak punya kemaluan alias tidak perlu punya rasa malu. Politisi di sejumlah partai politik telah melakukannya dengan sukses, Golkar salah satunya.

Mau dibilang sakti, cerdik, dan tidak punya kemaluan, itu beda-beda tipis, tergantung dari pojok mana melihatnya. Tetapi, dengan politik tanpa kemaluannya itu, Golkar telah mengajarkan cara berpolitik yang baik, benar, dan maknyus di negeri ini.

Kemarin, tidak ada hujan tidak ada angin, partai berlambang pohon beringin rimbun ini mendeklarasikan dukungan kepada Jokowi untuk jadi Presiden lagi di tahun 2019. Wow, masih tersisa waktu 2,5 tahun lagi bagi Jokowi untuk menyelesaikan jabatannya, tetapi Golkar seperti tidak bisa menahan syahwat politiknya dan ingin segera naik ke pelaminan.

Tidak ada makan siang gratis dan tidak ada deklrasi dukungan gratis. Sebagai partai yang sejak kelahirannya terus berkuasa, Golkar emoh lagi jadi oposisi dibawa-bawa Prabowo seperti kemarin-kemarin itu. “Itu masa-masa jahaliyah kami,” kata seorang politisi Golkar. Dengan deklarasi dukungan itu, Papa Minta Saham sekarang minimal berubah menjadi Papa Minta Wapres!

Kendati sejumlah politisinya macam Nurul Arifin, Tantowi Yahya dan Ali Muchtar Ngabalin pernah sedemikian sengit memaki-maki Jokowi, sebagai konsekuensi dukungan mereka harus mempersiapkan lidah sebaik-baiknya untuk jilat-jilat demi mendukung Jokowi kembali menjadi Presiden RI.

Manuver Golkar yang mungkin dibilang cerdik, licik dan tidak punya kemaluan ini seharusnya menampar PDIP. Partai berlambang banteng nyeruduk ini masih ragu, diam, dan seperti kekenyangan makan. Akibatnya susah bergerak dan cuma melenguh sesekali. Ketika Golkar tanpa kemaluan menyatakan dukungan untuk Jokowi yang selama ini seperti disia-siakan, PDIP pun diam seribu kalimat. Mungkin masih berkeringat.

Para cenayang politik menyatakan, ini karma yang diterima PDIP atas perlakuan tidak senonohnya terhadap Jokowi, terutama yang ditunjukkan ketua umumnya Megawati, yang terang-terangan pernah mengatakan Presiden Jokowi itu petugas partai. “Ini kuwalat namanya,” kata seorang cenayang.

Pun untuk kasus Ahok, PDIP juga gamang dan kalah manuver oleh Golkar yang langsung mendukung Ahok. Alhasil, Ahok pun melenggang dengan tiga kendaraan partai politik, termasuk Golkar. PDIP? Kembali harus gigit jari, bingung menentukan pilihannya. Ujung-ujungnya, bisa jadi mendukung Ahok yang sudah terlebih dahulu didukung Golkar. Wah, ketinggalan kereta.

Ahok licik, Ahok penipu! Licik karena mempermainkan TemanAhok, menipu sejuta penduduk DKI yang menyerahkan fotokopi KTP, dan mengadali anak-anak muda di TemanAhok. Mungkin benar. Lagi-lagi, inilah politik. Ahok boleh jadi meniru Golkar; berpolitik tanpa kemaluan! 🙂

Demikian analisa berita dari PEPNEWS pagi ini yang dijamin tidak akan pernah ada di media-media mainstream. Jadi, pantau terus berita ini sebelum PEPNEWS membuat portal berita sendiri :v :v :v **

Sumber : Facebook Pepih Nugraha

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed