by

George Floyd, Amerika Antara Pandemi dan Pendemo

Dul Kampret : Saya pernah dengar tentang orang-orang yang menjual agamanya dengan harga murah. Mereka mengutamakan kemasan dan perutnya sendiri saja. Mereka merasa lebih baik dari orang lain, sama seperti tabiat Iblis. Mereka menuding sesat kafir sana-sini kepada orang yang tidak sependapat dengannya. Perangainya kasar. Memahami kitab suci hanya dari kulitnya, menggali sebatas makna verbalnya semata. Melakukan pembelokan dari jalan lurus para Nabi. Rasional otaknya tidak terbuka sehingga jadi sasaran cuci otak. Ini juga irisan yang lain dari tabiat Iblis dan raisme. Mungkin ada pendapat lain dari Bung Cebong.

Bung Cebong : Pada dasarnya pendapat saya dengan kamu dua senada. Untuk kasus kita di Indonesia, perjalanannya panjang. Banyak kita diserang oleh hoax pembelokan sejarah oleh Barat sejak dulu. Mulai Orde Baru, kita foto copy cara Barat diterapkan di negara kita. Hasilnya masyarakat kita terkelas-kelas. Kepedulian berkurang. Gotong royong terkikis. Rakyat disuruh cari jalan masing-masing. Orde Baru hingga Reformasi tak banyak perubahan, hakikatnya dari KKN pindah ke Oligarki Partai Politik. Masih mencuri perahu milil rakyat kecil seperti dalam cerita Nabi Hidir dan Nabi Musa. Masih jauh dari motif utama berbangsa, yakni Amanat Penderitaan rakyat. Jejak adu domba mereka masih membekas di warga nusantara yang berhianat pada nilai Gotong Royong sebagai DNA bangsa Nusantara. Partai-partai politik hari ini sedang menghianati rakyatnya dengan mengibarkan bendera Ologarki di bumi nusantara.

Wan Bodrex : Rasisme bukan asli karakter bangsa kita. Tapi kalau sejak Orba sampai sekarang kita dibentuk oleh Mazhab Barat kita juga akan ketularan rasisme.

Pace Yaklep : Begitu sudah. Kita ini keluarga korban jadi.

Angkringan Filsafat Pancasila

Sumber : Status Facebook Abdul Munib

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed