by

Gebrakan Gibran

Dan apa yang diperkirakan banyak orang terjadi. Makin lancar dan gencarnya pembangunan di era kepemimpinan Gibran, karena lobinya yang kuat dengan Pemerintah Pusat. Di pekan pertama seusai pelantikan, Gibran menerima sejumlah pejabat tinggi, termasuk tiga menteri. Inilah Walikota rasa Presiden.
Yang pertama hadir adalah Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, terkait pembangunan Terminal Tirtonadi dan elevated double track di kawasan Joglo. Kemacetan di kawasan Joglo yang sekian lama menjadi masalah, akhirnya ada solusinya.
Berikutnya Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas dan Menteri BUMN Erick Thohir. Gus Yaqut dan Pak Erick hadir dalam peletakan batu pertama pembangunan Masjid Syeikh Zayed di kawasan Gilingan, Solo. Masjid senilai Rp 300 M ini merupakan hibah dari pemerintah Uni Emirat Arab untuk umat Islam di Indonesia.
Mas Walikota Gibran Rakabuming memang magnet. Entah menteri yang mana lagi yang akan ikut mengawal program-program monumental di Kota Bengawan. Yang pasti pembangunan di Solo dijamin pesat dan lancar. Tentu ini keuntungan besar bagi masyarakat Solo.
Jalan masih begitu panjang. Bila tak ada aral melintang, Mas Wali akan menjadi bapaknya masyarakat Solo selama kurang lebih tiga tahun hingga Pilkada serentak kembali digelar pada tahun 2024. Gebrakan di pekan pertama semoga berlanjut dengan gebrakan-gebrakan selanjutnya.
Gebrakan demi gebrakan pemimpin Kota Solo berusia 33 tahun ini akan menjadi perhatian, tidak hanya bagi masyarakat Solo namun masyarakat seluruh Indonesia. Bagaimanapun orang-orang memang menunggu dan mengamati setiap apa yang dilakukan Gibran. Baik mereka yang suka maupun mereka yang benci. Mereka mengamati dengan alasan masing-masing.
Pekerjaan rumah Mas Wali masih banyak. Tidak hanya menyangkut program yang kasat mata. Lebih dari itu juga hal-hal yang tidak terlihat secara fisik. Seperti hubungan antarmanusia, human relation. Ini hal yang sangat penting. Karena Mas Wali tidak akan bisa sendirian memajukan Kota Solo.
Wong Solo tentu ingat dengan Pak Jokowi yang baik kepada siapapun. Beliau sosok yang andhap asor, welas asih dan terkenal nguwongke wong. Kepada siapapun beliau menaruh hormat. Kepada atasan, mbok bakul, tukang becak, kawan media, termasuk kepada para bawahan. Diksi yang keluar dari mulutnya sangat tertata. Ketika kecewa beliau diam. Orang yang membuat kecewa jadi rikuh sendiri dan menyadari kesalahannya. Akhirnya semua bekerja sepenuh hati karena tidak mau mengecewakan Pak Jokowi. Inilah yang dinamakan menang tanpa ngasorake.
Tak heran semua orang sayang kepadanya. Hingga pada Pilkada periode kedua, Pak Jokowi mendapat kemenangan di atas 90%. Pak Jokowi berhasil memenangkan hati masyarakat Solo saat memimpin di periode pertama. Ini tak akan terjadi bila hubungan baik itu tidak terwujud. Hubungan kurang harmonis akan menghasilkan orang-orang yang menunggu kita berbuat kesalahan. Ini tentu sangat berbahaya.
Satu lagi, Pak Jokowi adalah orang yang memiliki kemampun mau mendengarkan. Beliau memberikan kesempatan kepada orang lain menyampaikan pendapatnya. Bila dirasa itu baik, Pak Jokowi akan mengikuti pendapat tersebut. Siapa lagi yang lebih layak dicontoh Mas Wali daripada ayahnya sendiri?
Ketika kepintaran seorang Gibran dipadukan dengan kemampuan human relation yang mumpuni, wong Solo dan Mas Walikotanya benar-benar akan mendapatkan jackpot. Lompatan untuk Solo. Ya, lompatan untuk Solo benar-benar akan terwujud. Solo tak hanya akan menjadi berkah bagi masyarakat Solo tapi juga menjadi berkah dan kebanggaan bagi bangsa Indonesia.
Lanjutkan gebrakanmu, Mas Wali!
 
(Sumber: Facebook Niken Satyawati)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed