by

Gara-Gara Covid

Asyiknya lagi, semua ceramah saya otomatis langsung direkam oleh Youtube. Sehingga dokumentasinya lengkap dan rapi. Kapan saja saya butuh bisa lqngaung diakses bahkan dengan mudah bisa saya share url-nya ke orang-orang.

Ceramah pakai Zoom tidak perlu ribut kostum aneh-aneh, cukup bermodal peci dan koko saja. Di bawahnya bisa pakai sarung, celana komprang bahkan pakai jeans pun oke sajalah. Warnanya kagak mecing kagak napah. Toh nggak akan kelihatan juga. Hehe

Serunya lagi, yang hadir di kajian di zoom justru malah jauh lebih banyak dari pada kalau pengajian secara fisik betulan. Yang rumahnya jauh di luar Jakarta, di daerah, di kampung halaman, di desa, di pulau terpencil, termasuk yang di luar negeri, semua bisa hadir lengkap.

Saking banyaknya, seringkali di luar Zoom saya terpaksa menggelar juga via streaming youtube kalau zoom-nya sudah over capasity. Biasanya paket zoom termurah cuma bisa 100 orang participan.

Bahkan saya bisa juga mengundang guru-guru saya untuk ikut hadir memberikan materi kajian, juga lewat zoom. Beberapa teman yang sempat kuliah di luar negeri, beraksi mengundang guru mereka yang orang Arab untuk kajian online.

Sebaliknya, saya sendiri pun sepanjang musim covid ini hampir tiap hari ceramah ‘keluar kota’ bahkan ‘keluar negeri’. Maksudnya ceramah via zoom juga untuk teman-teman yang kebetulan domisili di belahan bumi lain.

Merasa nyaman kajian pakai zoom, saya malah berpikir kalau pun nanti keadaan sudah normal 100% (Sudah bukan lagi New Normal tapi mungkin Old Normal), kajian pakai zoom tidak harus dihilangkan. Tetap saja berjalan sebagaimana biasa.

Contohnya adalah kajian rutin Shubuh yang saya gelar setiap hari dari Senin sampai Jumat. Seandainya digelar dengan versi secara fisik, saya kurang yakin kalau yang hadir akan banyak. Tapi karena pakai Zoom, alhamdulillah, jamaah masih terus anteng mengikuti kajian.

Kalau dulu mereka duduk di depan TV ngikuti ceramah, sekarang pilihannya lebih bervariasi. Sekarang mereka bisa nonton kajian Sekolah Fiqih Live yang saya gelar, baik di zoom, FB live atau Youtube Live.

Sebagai narsum, meski tiap hari kudu online sejak jam 05.00 sampai jam 07.00, tapi saya santai saja. Toh semua saya lakukan di rumah saya sendiri.

Saya tidak harus repot-repot jam 03.00 dini hari menembus jalan gelap menuju ke studio TV, (wicis sudah kayak maling jalan kerja), sampai di studio terus dibedaki untuk menunggu stabdby 2 jam sebelum live. Dan ternyata durasinya cuma 10 menit. Kan ngeselin banget itu.

Kalau pakai Zoom, habis shubuhan, saya bisa pasang HP sendiri, pasang tripod sendiri dan pasang headset ke kuping lalu langsung deh siaran live ke seluruh dunia. Semua cukup dikerjakan dari rumah.

Durasinya bebas tidak dibatasi, pokoknya kultum alias kuliah terserah antum. Ceramah di TV betulan, baru ngomong 5 – 10 menit, sudah diisyaratkan kudu selesai, katanya durasinya habis. Padahal hamdalahnya aja juga belum selesai ini.

Di Zoom, durasinya luas dan bebas. Pokoknya durasi sebosennya dan secapeknya, hahah. Juga tanpa dipotong jeda iklan segala.

Oh ya, juga tidak ada tekanan batin dari Eksekutif Produser dan jadi depresi gara-gara tuntutan kudu mempertahankan rating. Jadi kita sebagai nara sumber bisa lebih santai mengisi kajian, walaupun muridnya cuma dua biji, no wot wot. Pokoknya the show must go on.

Orang stasiun TV-nya punya saya sendiri kok. Sultan mah bebas . . .

Sumber : Status facebook Ahmad Sarwat Lc MA

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed