by

Ganjar, Mahfud dan Ridwan Kamil

Oleh : Wulyo Utomo

Munculnya foto pak Ganjar dengan pak Mahfud di medsos mantan Gubernur Jawa tengah menjadi sorotan. Sebelumnya banyak dibahas jika nama Ridwan Kamil malah berpeluang jadi cawapres dari PDIP. Lantas, sebenarnya siapa yang lebih punya peluang diantara keduanya? Baik pak Mahfud maupun Kang Emil, sama-sama punya keunggulan namun sekaligus juga memiliki kelemahan. Pak Mahfud dalam 5 tahun terakhir, sangat dipercaya presiden menyelesaikan kasus-kasus besar. Termasuk didalamnya kasus jendral bintang 2 yang membunuh anak buahnya sendiri. Dan meski tidak sering tergambar bareng-bareng presiden, justru disitu letak kelebihannya. Pak Mahfud, bu Tri Rismaharini, pak Teten, bu Sri Mulyani, bu Retno Marsudi, termasuk menteri-menteri yang jarang bareng Presiden.

Ini menunjukkan tingkat kepercayaan presiden yang lumayan tinggi pada yang bersangkutan. Sedangkan menteri yang sering dibersamai, memperlihatkan terus menerus di cek pekerjaannya, progressnya bahkan perkembangannya. Memang tidak selalu kebersamaan itu tampak dipublik. Misalnya Menkominfo yang baru, Budi Arie, banyak dipandu harus bagaimana menjalankan tugasnya. Pak Mahfud juga berasal dari Madura, yang diprediksi mampu menarik banyak suara dari warga non partisan.

Sedangkan Ridwan Kamil yang baru masuk Golkar, memiliki basis suara lumayan tinggi di Jawa Barat. Di propinsi ini, dalam 2 kali Pilpres pak Jokowi selalu kalah. Tentu ini kelebihan yang hampir tidak bisa disaingi banyak kandidat Cawapres. Belum lama ini, Kang Emil juga sudah berbincang 4 mata dengan ketua Umum DPP PDIP. Itu menunjukkan ada proses fit and propertest yang sedang dilakukan oleh PDIP. Meski secara kepartaian Golkar bergabung ke koalisi Indonesia Maju, tidak akan ada hambatan bagi Ridwan Kamil jadi Cawapres Ganjar.

Ketua Dewan Pakar Golkar, Agung Laksono malah sudah merestui RK bisa mendampingi capres PDIP tersebut. Agung menilai, bila RK memang dipilih jadi Cawapres, itu adalah hak pribadinya. Posisi RK sama dengan posisi JK ketika 2004 dan 2014. Saat Golkar punya kandidat Capres sendiri, JK justru jadi Cawapres yang diajukan oleh koalisi non Golkar. Kita tidak perlu terkejut dengan hal ini, sebab Golkar itu partai yang selalu menjadi pendukung pemerintah walaupun kalah Pilpres. Dengan menyebar kader, maka mereka mudah masuk dalam jajaran pemerintahan.

PDIP bakal mengkalkulasi dengan sangat hati-hati siapa yang bakal dipilih. Tentu faktornya tidak sekedar suku, bukan sekedar kelebihan yang dimiliki kandidat, bukan juga subyektifitas, namun perlu dipertimbangkan faktor lainnya. Akankah pak Mahfud yang dipilih, atau pak Ridwan Kamil. Untungnya PDIP memiliki Capres yang mudah melakukan penyesuaian siapapun Cawapres yang akan dipilih. Ini makin memudahkan mereka merealisasikan target hatrick pemilu maupun Pilpres.

Sumber : Status facebook Wulyo Utomo

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed