by

Gamal Albinsaid

Ternyata dugaan saya tidak salah, si babang emang pintar banget dan keren sangat. Usia muda udah jadi dokter dan banyak mempraktekkan ilmunya menjadi sesuatu yang cukup bermanfaat. Program kerakyatan yang dibuatnya mendapat dua jempol dan kalau bisa saya tambahkan dengan jempol kaki biar bisa jadi empat. Aduh, si babang pasti bisa jadi pujaan emak-emak yang punya anak perawan buat jadi mantu adalah pilihan yang paling tepat.

Iseng-iseng saya juga mengintip ke laman facebook-nya yang ada dua buah. Ada status yang dia tulis tentang hormat kepada orang tua. Tulisan yang sangat menyejukkan dari seorang anak yang berbakti untuk orang tua yang sudah bersusah payah. Saya terharu membacanya sehingga tidak sadar saya kasih jempol, dah.

Kemudian ada status lain lagi di lamannya yang akhirnya membuka tabir. Ternyata si babang selain cakep dan cerdas juga pintar memanipulir. Bermain-main dengan data-data yang seolah-olah aktual dan shahih tapi ternyata dipelintir. Data yang dikemukan ternyata salah dan ini fatal untuk orang-orang seperti saya yang malas berpikir.

Dia mengungkapkan data-data yang katanya didapat dari Badan Pusat Statistik tentang penurunan angka-angka kemiskinan. Angka-angka yang ada dikemukakan dan terlihat menurun dari jaman ke jaman. Sejak masa pemerintahan Gus Dur, ibu Megawati dan juga presiden sebelumnya yang suka baperan. Diakhiri dengan kesimpulan yang katanya penurunan angka kemiskinan di jaman presiden Jokowi adalah yang paling lamban.

Saya nga terlalu demen dengan angka-angka sehingga pelajaran statistik bukanlah sesuatu yang saya suka. Nga terlalu bisa ingat dengan angka, wong nomer telpon sendiri aja saya sering lupa. Tapi sebagai orang yang sangat awam saya bisa melihat kalau ada sesuatu yang salah. Masak iya sih, dalam kurun 20 tahun angkanya menurun, tapi apa mungkin kalau angka pembandingnya dan faktor-faktor lain juga nga berubah?

Kembali saya teringat akan video si babang yang ngomong cepat dengan angka-angka yang belipet. Kalau saya ada disana saya pasti nga ngeh sama angka-angka yang diucapkan yang seolah-olah sedang merepet. Ini adalah salah satu tehnik untuk mengelabui hadirin pemirsa karena siapa sih yang kurang kerjaan untuk bisa mencatet. Untuk mencocokkan apakah data yang diajukan benar adanya dan bukan dari hasil santet.

Teringat kembali saat-saat kuliah waktu sedang debat kasus dan berdiskusi. Ada satu teman yang pintar ngomong, jelas dan sangat cepat sekali. Kalau mendengar dia berbicara seolah-olah dia benar dan kita merasa rendah diri. Setelah diskusi berakhir, saat mencocokkan data ternyata dia banyak salah dan herannya dosennya sendiri juga bisa dia kibuli.

Akhirul kalam, urung untuk memberi tanda sempurna, saya hanya memberi si babang dengan tanda bintang empat. Yah, lumayanlah satu tingkat lebih tinggi dari juragannya yang bintang tiga mantan jendral dipecat. Saya cuma berharap si babang diberi pencerahan dan segera mendapat hidayah. Supaya buru-buru angkat kaki dan pindah dari toko sebelah.

Tabik.

Sumber : Status Facebook B. Uster Kadrisson

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed