Oleh: Iqbal Aji Daryono
Sori ya, ini masih nyinggung dikit lagi tentang Tere Liye. Yang udah pada eneg boleh minggat sekarang juga.
Anu. Gini lho. Gara-gara postingan dia yang itu, kita tahu, buanyak yang pada ribut. Lalu di antara kaum ribut, muncul pembela Tere yang menyebut bahwa orang-orang yang meradang itu berlebihan dalam membuli Tere. “Orang salah ucap kan biasa…” katanya.
Terlepas dari soal asumsi salah ucap (yang menurut saya nyaris mustahil konten semacam itu disalahucapkan oleh orang sekaliber Tere–penulis megaproduktip, coy!), bayangkan saja apa jadinya kalo Tere nggak dibuli. Bukan pada Tere-nya, tapi pada followernya yang jutaan itu lho!
Ya, andai tulisan Tere didiamkan saja, akan ada ratusan ribu orang yang manggut-manggut, taklid sepenuhnya, percaya begitu saja, bahwa memang orang sosialis-komunis-pembela HAM perannya nol besar dalam perdjoangan kemerdekaan. “Hanya kaum agama, wabilkhusus Islam, yang berjuang!!” kira-kira bakal ke situ kesimpulannya yang paling ultimate.
Nah, ratusan ribu orang itu akan mengajarkan “fakta” tersebut ke anak-anak mereka, ke adik-adik mereka, dan seterusnya. Ujung-ujungnya, problem buta sejarah yang sudah lama diidap ra’jat Indonesia akan mendapat satu lagi tambahan kasus yang masyaallah parahnya.
Lebay? Mungkin. Tapi kok rasanya nggak lebay-lebay amat.
Itu pertama. Kedua, ada juga yang menyahut: “Mbok nggak usah sok-sokan gitu. Emangnya kamu udah bisa nulis buku sebanyak Tere Liye?”
Bwahahaha! Saya ngakak pol-polan mendengar imbauan moral begituan. Saya langsung teringat ketika ada orang mengkritik Presiden Jokowi, lalu para jokower-garis-terlalu-keras menyahut, “Kenapa kamu selalu menyalahkan Jokowi? Lihat dirimu sendiri! Apa kamu sudah lebih baik dari Jokowi???”
Adududuh maaak. Logikanya tuh lho. Speechless saya, Dek. Sebagai sesama jokower, tolong saya jangan dikait-kaitkan lah, sama jokowers unduluhuk macam mereka hoahaha!
(Sumber: Facebook Iqbal Aji Daryono)
Comment