by

Fachri Hamzah dan Fadli Zon Joker Politik

BLOCK VOTE
Sampai sekarang tidak ada bukti komentar nyeleneh di media sosial berdampak buruk pada elektabilitas seorang anggota Parlemen. Di alam nyata, masyarakat menganggap apa yang media sosial hanyalah main-main saja.

Saya pernah beberapa kali hadir dalam acara kunjungan wakil rakyat ketika reses . Beberapa di antara mereka dari partai yang kontroversial di media sosial. Nyatanya mereka disukai dan dicintai konstituennya. Masyarakat memandang anggota parlemen ini selalu bagi-bagi rejeki.

Dalam kunjungan tersebut, para wakil rakyat menyodorkan aneka fasilitas yang diberikan secara langsung dan janji-janji masa depan yang bisa ditagih oleh massa pendukungnya. Misalnya saja, langsung meminta stafnya mencatat nama-nama warga yang belum punya BPJS untuk mendapatkan KJS gratis. Atau langsung memberikan santunan dan bea siswa di hadapan warga.

Mereka juga mengajarkan trik-trik untuk memaksa pemerintah membayar atau mengerjakan sesuatu dengan memanfaatkan celah undang-undang. Jika mentok, para anggota Dewan itu berkata, “Jika ada masalah dengan lurah, camat atau pejabat Rumah Sakit, telepon saya langsung. Ini nomor HP saya dan temui saya di jam-jam ini di rumah. Saya akan melayani Anda.”

Semua orang tepuk tangan dan memuji-muji. Wajah rakyat yang diundang makin cerah karena di akhir acara ada bingkisan berupa uang dan sembako lengkap dengan kartu nama anggota Dewan itu.

Cara-cara demikian ini telah menciptakan blok pemilih solid yang pasti akan memilih mereka kembali. Harap juga diingat, para wakil rakyat itu juga punya tim lapangan tangguh yang mampu menangkap aspirasi masyarakat. Mereka memakai falsafah sederhana, “Ada gula, ada semut .”

Jadi, jangan heran jika ada seorang yang terpilih menjadi anggota parlemen daerah dari partai gurem karena berhasil menyakinkan masyarakat jika terpilih, dia akan membuat jalan-jalan mulus di sekitar kompleks perumahan warga. Dan memang jalan itu dibuat setelah dia terpilih.

Cara-cara demikian ini pastinya akan berulang pada Pemilu 2019, terlepas anggota parlemen atau partainya kontroversial di media sosial.

Jadi jangan heran, misalnya, Fahri Hamzah masih bercokol di Senayan di 2019 karena didapuk oleh partai politik dan bahkan PKS merangkulnya kembali karena dia punya massa yang sangat besar.

Atau Fadli Zon terpilih kembali dan tersenyum mengejek para penghujatnya.

Sumber : Status Facebook Budi Setiawan

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed